![]() |
Rani Gadis SMU |
Sore itu market mendekati closing
hours. Ia menjauhi mejanya, berjalan sebentar meregangkan otot. Hari ini
ia sangat puas. Pasar sangat bersahabat dgnnya. Sejumlah keuntungan
berhasil dibuatnya dlm one day trade. Sebagian masuk ke dlm rekening
pribadinya. “Aku memang patut mendapatkan, ” pikirnya, tidak ada yang
merugikan atau dirugikan, kepuasan seperti ini selalu membuatnya
terangsang secara seksual.
Dipandangnya sekitarnya. Ada
beberapa wanita rekan kerja yang masih berkutat. Ia segera memalingkan
wajahnya. Perlu beberapa tahapan untuk mengajak salah seorang dari
mereka ke tempat tidur, dan itu menyita waktu dan emosinya. Lebih baik
aku pulang batinnya. Ada sesuatu yang mengingatkan untuk menunda jam
kepulangannya, ia tidak mempedulikan.
Dikemudikan mobilnya keluar dari
basement perlahan-lahan. Beberapa anak pelajar SMU tampak bergerombol di
halte dekat gedung kantornya. “Ahh..” kernyitnya. Ia terjebak di
kemacetan rutin sore hari. Dirinya sdh mengingatkan supaya menunda.
“Instingku semakin bagus saja, ” senyumnya kecut. Dilihatnya ke luar
jendela mobil. Antrean mobil sepanjang kira-kira 200-an mobil tidak
bergerak sama sekali. Dilihatnya ke belakang dgn putus asa. Keadaan di
belakang sama buruknya dgn pemandangan di depannya.
Toni menarik nafas dalam-dalam.
Digerakkan cermin di atas ke wajahnya. “Tenang Ton, ini bukan alasan
yang bagus untuk merusak 1 hari tenangmu, ” katanya sambil membenarkan
letak rambutnya. Tiba-tiba seseorang berseragam LLAJR mengetuk kaca
mobilnya. Dgn segan ditekannya switch jendelanya. Petugas itu
memberitahu kalau terjadi kecelakaan beruntun di depan dan mungkin lalu
lintas baru dapat lancar paling cepat 30 menit.
Dihempaskan tubuhnya ke kursi mobil.
“Bagus!” ia menutup wajahnya. Itulah alasan yang paling tepat untuk
merusak moodnya. Dibukanya TV mobil. Dipilihnya satu film porno
kesayangannya di remote. Ditatapnya adegan-adegan itu dgn hambar. “Huh!
Di tengah kemacetan nonton film porno malah menambah masalah, ”
sungutnya sambil mematikan. Toni menyerah. Dimatikan mesin mobil sembari
menatap ke arah kiri.
Tampak di luar gadis-gadis
berseragam SMU masih bergerombol menunggu bis kota. Beberapa di
antaranya duduk di trotoar. Diperhatikannya satu persatu. “Dasar gadis
remaja, mereka tidak mempedulikan cara duduknya, ” katanya dlm hati.
Tiba-tiba darahnya berdesir. Tungkai-tungkai indah itu milik gadis yang
sangat muda. Diperhatikannya lagi lebih seksama. Ada yang bertumpu dgn
tangannya di belakang sesampai dadanya membusung ke depan. Wajahnya
begitu bersih dan muda. Rambutnya sebahu dgn leher yang jenjang. Toni
mulai termakan fantasinya sendiri. Ia memang tidak pernah bercinta dgn
gadis belia. Itukah yang dimaukannya saat ini? “Tidak, ” sahutnya
sendiri, “Itu terlalu gila. ” sambil menatap ke depan ia tak dapat
menahan diri untuk melihat kembali ke arah kirinya. Diperhatikan dgn
seksama lekukan pantat yang padat itu dgn lutut indah dan kulit yang
bersih. Segala gerakan gadis itu ditangkap matanya dan dialirkan ke
otaknya dlm format gerakan erotis.
Tiba-tiba salah seorang dari mereka
tersingkap roknya. Toni bersorak dlm hati. Diperhatikannya dgn seksama
paha bagian dlmnya.. begitu kencang, dan perlahan ia mulai ereksi. Kaca
film mobilnya membuatnya sangat aman dlm bereksplorasi. Ia mulai
menurunkan reitsleting celananya. Dibelainya lembut batang kejantanannya
tanpa melepaskan pandangan dari gadis itu. Jantungnya berdetak kencang.
Imajinasinya meluapkan perasaan baru yang sangat dahsyat, bercinta dgn
belia. Butir keringat mengalir ke lehernya. Ditariknya beberapa lembar
tissue apabila ia orgasme nanti.
Tiba-tiba para gadis itu berdiri dan
berjalan menjauhi halte sebab beberapa orang berkulit gelap berbadan
besar memasuki halte itu. Toni meraung keras sekali. “Arrgh!” Ditatapnya
para lelaki itu. Mereka menyerupai segerombolan kera besar daripada
manusia. Dilemparnya box tissue ke belakang. Ia percaya bahwa saat itu
kecepatan batang kejantanannya menyusut lebih cepat dari cahaya. Dgn
mengumpat ia merapatkan reitsleting celananya kembali. Langit semakin
gelap. Rupanya awan berkumpul membentuk sebuah awan gelap besar. Kilat
dan guntur bersahutan, diakhiri oleh curahan air yang berirama semakin
cepat dan lebat.
Di dlm mobil Toni tampak
melambai-lambaikan tissue putih di atas kepalanya, tanda menyerah kepada
nasib buruknya. Para gerombolan kera itu bergerak melewati depan
mobilnya menyeberang ke seberang jalan. Salah seorang dari mereka
memukul kap mobilnya. Toni membalas dgn mengacungkan jari tengahnya. Ia
merasa aman. Toh mereka takkan melihatnya.
Dinyalakannya mesin mobilnya sebab
kaca mulai mengembun. Dinyalakan stereo mobilnya sambil memandang ke
kiri. Toni hampir memekik girang. Salah seorang dari gadis SMU itu ada
di sana dlm keadaan basah kuyup. Toni memutar kepalanya untuk mencari
yang lain. Ah, tampaknya ia sendirian, sesal Toni. Tapi tunggu.. dlm
keadaan basah semua lekuk tubuh gadis itu menjadi tercetak jelas.
Rambutnya yang basah, pakaian putihnya melilit erat tubuhnya yang
sintal, payudaranya menggelembung indah dgn pantat yang bundar, Toni
kembali ereksi. Bibirnya bergetar menahan nafsu birahinya yang melintas
menabraknya berulang-ulang. Matanya terasa panas. Dibukanya pintu
mobilnya setelah itu ia berlari mendekati gadis itu.
Sengaja ia berdiri di belakangnya
supaya leluasa menatap tubuh gadis itu. Betapa belianya gadis ini, tubuh
yang belum pernah tersentuh oleh lelaki. Payudaranya sangat penuh
menyesaki branya sekitar 34. Pinggul yang ramping dgn pantat bundar yang
berisi ditopang oleh lutut dan tungkai yang indah dan bersih. Gadis itu
memutar tubuhnya dan berhadapan dgnnya yang sedang menjadi Juri
festival foto bugil. Toni tergagap dan secara refleks menyapanya. Gadis
itu tersenyum sambil memeluk tasnya menutupi seragamnya yang transparan.
Dgn berdalih bosan di mobilnya, Toni
mendapatkan banyak alasan dan obrolan ringan di halte itu. Gadis itu
bernama Rani, kelas satu SMU swasta berumur 16 tahun. Toni tak
menghiraukan secara detail percakapannya sebab suara Rani terdengar
sangat merangsangnya.
“Kita ngobrol di mobil yuk, capek berdiri nih, ” kata Toni.
Rani menatap ragu. Toni menangkap maksud pandangan itu.
“Ok, begini.. Kamu nggak perlu
takut. Ini dompet saya. Ini kunci mobil. Di dlmnya ada semua kartu
identitas saya. Kalo saya berniat jahat dgn kamu, kamu boleh buang kunci
ini dan bawa dompet saya ke polisi, ok?” Rani tersenyum riang menerima
dompet itu, lalu mereka bersama-sama memasuki mobil.
Di dlm mobil Rani merasa gugup. Baru
kali ini ia manuruti orang asing, laki-laki lagi. Sekilas teringat
pesan ibunya untuk menjaga diri, dan bayangan pacarnya yang tidak
menjemputnya. Rani menjadi kesal. Rani membuka dompet itu, terdapat
beberapa credit card dan kartu identitas. Diambilnya KTP lalu diselipkan
di saku bajunya.
“Ini cukup, ” ujarnya.
Dgn tersenyum acuh Toni menerima dompetnya kembali sambil menyalakan stereo setnya.
“Kamu kedinginan? saya punya kemeja
bersih. Kamu bisa ganti baju di belakang. Saya janji tidak akan menengok
ke belakang, ” tanya Toni penuh harap.
Rani menggelengkan kepalanya.
Obrolan sore itu menjadi lancar didukung suasana gelap mendung dan
derasnya hujan. Bahkan Rani pun mulai berani menceritakan dirinya. Mata
Toni mencuri pandang untuk menatap paha Rani yang tersingkap. Toni
menceritakan dirinya, pacarnya dan secara halus iapun menceritakan
pengalaman seksualnya, bagaimana ia melakukan foreplay. Ia ceritakan dgn
lancar dan halus sampai Rani tidak tersinggung. Toni menangkap beberapa
kali Rani menarik nafas panjang, sepertinya Rani terangsang mendengar
cerita Toni. Wajahnya mulai memerah, jemarinya memilin ujung tali
tasnya.
“Tampaknya ini tak cukup, ” kata Toni.
Lalu ia menawarkan Rani untuk menonton VCD kartun kesayangannya. Rani berseru gembira. Lalu Toni membuka TVcar-nya dan berkata,
“Kamu tunggu di sini. Kunci
pintunya. Saya mau keluar beli permen di sebelah halte itu. ” Rani
mengangguk pelan dan matanya menatap layar TV kecil penuh harap.
Toni keluar mobil sambil membawa
remote lalu menyalakan VCD changer dari luar mobil dgn film yang sama ia
tonton sebelum hujan tadi. Ia berlari ke pedagang asongan pinggir jalan
dan melirik jamnya.. 5 menit dari sekarang! sambil membicarakan cuaca
ke pedagang asongan itu. Rani menatap adegan di mini TV itu. Lelaki
sedang menjilati seluruh tubuh wanita pasangannya. Jantungnya berdegub.
Ia memejamkan mata, tetapi suara lenguhan dan desisan membuatnya kembali
ke layar. Dilihatnya keluar. Ia tak bisa menemukan Toni dari dlm mobil
itu. Kembali ke layar, tertegun ia melihat lelaki itu menjilati puting
susu. Tangannya menjadi dmau. Lelaki itu sekarang menjilati paha. Rani
menyilangkan kaki kirinya di atas kaki kanannya. Lalu lelaki dlm film
itu mulai menjilati liang kewanitaan wanita itu. Rani merasa seluruh
tubuhnya gemetar, nafasnya terengah-engah. Iapun heran mengapa nafasnya
begitu.
“Sorry rada lama, nggak ada kembalian. Terpaksa saya nunggu pedagangnya tukar uang, ” sembur Toni.
Rani tersentak dan memalingkan wajahnya. Toni pura-pura terkejut sambil cepat-cepat mematikan stereonya dan menutup layarnya.
“Aduh, maaf.. kenapa bisa ini.. maaf Ran, ” kata Toni tergagap.
Lalu ia membuka CD changer dan
mengambil piringan porno itu lalu mematahkan menjadi dua dan membuangnya
ke luar mobil. Rani sangat terkejut melihat itu lalu berkata,
“Udah deh Ton nggak pa-pa.. sorry juga aku nggak bisa matiinnya, ” katanya sambil memegang lengan Toni.
Toni menoleh pelan sambil menatap mata Rani.
“Sorry?” Rani menyahut pelan.
“Nggak pa-pa, ” nafasnya masih terengah-engah. Inilah saatnya, batin Toni. Now or never.
“Nggak pa-pa, ” nafasnya masih terengah-engah. Inilah saatnya, batin Toni. Now or never.
Dipegangnya lengan Rani. Ditariknya
mendekat, disingkirkan tas di hadapannya. Melihat seragam putih yang
masih basah dgn bra membayang itu Toni kehilangan kontrol. Bibirnya
langsung mengecup bibir Rani. Rani tersentak ke belakang kaget. Toni
memburunya. Dikulumnya bibir bawah Rani yang masih terengah-engah itu,
sambil menurunkan posisi kursi mobilnya sesampai Rani tampak seperti
berbaring. Dilepasnya bibir, dilanjutkan ke telinga. Lidahnya
menggelitik belakang telinga Rani sambil sesekali menyeruak masuk ke
lubang telinganya. Bau harum rambut Rani memancarkan bau alami gadis
belia tanpa parfum, mengundang Toni untuk berbuat lebih jauh.
Dibukanya kancing seragam sekolah
Rani sambil mengulum mulut Rani. Rani menggelengkan kepalanya perlahan.
Toni mengangkat kepala sejenak melihat gundukan daging padat dan kenyal
terbungkus bra berkain lembut. Betapa muda dan tak berdosanya. Biarkan
aku menikmati tubuh beliamu, merasakan dgn seluruh indraku untuk
membuatmu menjadi ternoda. Aku mau menyetubuhimu, menghinakan tubuh
sucimu, sebab aku pantas mendapatkan tubuhmu, hati Toni berteriak.
Dibukanya bra itu lalu dgn rakus dijilat puting kiri Rani sambil meremas
payudara kanannya. Dikulumnya semua daging payudaranya, seakan hendak
ditelannya. Rani mengerang. Kakinya menjejak-jejak lantai mobil. Lalu
Toni memindahkan tubuhnya ke atas Rani. Dgn kasar dipegangnya celana dlm
Rani. Rani tak sanggup berkata dan bergerak, semuanya begitu ketakutan.
Kemautahuan dan kenikmatan berbaur,
muncul silih berganti menggempur hati, otak dan nalurinya. Saat ia
merasa takut dgn perbuatan Toni, sedetik setelah itu ia merasa jiwanya
melayang, sedetik setelah itu otaknya memerintahkan tubuhnya supaya
bersiap menunggu kejutan berikutnya begitu berulang-ulang. Rani
meneriakkan kata jangan sewaktu Toni dgn kasar melepas celana dlmnya,
lalu ia didudukkan di atas kursi mobil bagian atas. Toni berpindah
tempat dgn cepat ke bawah tubuhnya dan mulut Toni mulai menjilati liang
kewanitaannya seperti hewan yang kehausan. Dicengkeramnya pegangan
pintu, kakinya diangkat oleh Toni ke atas.
Rani tak tahu apa yang dilakukan
Toni, tapi ia merasa ada sesuatu di dlm dirinya. Perasaan yang aneh,
dimulai dari jantungnya yang berdetak lebih keras lebih cepat menjalar
ke pinggulnya, sementara denyutan liang kewanitaannya membentuk impuls
yang semakin kuat, semakin cepat, kakinya mengejang, pandangannya
mengabur, jiwanya serasa terhempas keatas-bawah. Namun tiba-tiba semua
itu berkurang. Dibukanya matanya. Tampak Toni sedang mengamatinya dgn
matanya yang menyala oleh birahi. Toni mengambil nafas sejenak.
Ditatapnya liang kewanitaan Rani dgn rambut kemaluan yang tumbuh tak
beraturan. Setelah itu dilanjutkannya lagi jilatan sekitar klitoris
Rani. Begitu muda, ditatapnya sebentar, liang kewanitaan belia sekarang
milikku. Aku menjilatinya, aku menghisapnya.
Sekarang aku bahkan menggigitnya.
Liang kewanitaan ini milikku, akan kunodai sesukaku, dgn caraku, dgn
nafsuku. Akan kubuat tubuh suci ini ternoda oleh tubuhku, oleh nafsuku.
Akan kutaburi tubuhnya dgn spermaku. Akan kuberi cairanku yang akan
menyatu dgn dirinya sesampai ia akan selalu terkotori oleh nodaku. Toni
semakin liar dan segera menghentikan tindakannya saat Rani mulai
mengejang. Dibukanya cepat celananya, digosokkan batang kejantanannya ke
permukaan liang kewanitaan Rani. Dgn mudah dimasukkannya batang
kejantanannya perlahan-lahan senti demi senti, sambil mengulum dan
meremas payudara kenyal Rani. Lalu dibenamkan semua batang
kejantanannya. Betapa hangat, betapa nikmat. Lalu mulai digerakkan
maju-mundur, semakin lama semakin cepat. Toni mendengar suara Rani
hanya,
“Ssh.. sh..” terputus-putus. Lalu
diangkatnya pinggul Rani. Dipercepat gerakan pinggulnya sendiri sampai
tubuh Rani melengkung kaku. Kini saatnya.. Toni mengeluarkan spermanya
sambil menekan dlm-dlm.
15 menit sesdh itu.. Rani menggigit
ujung seragamnya yang lusuh, sementara Toni merapikan rambutnya. Oh
puas, dan aku sekarang benci sekali dgn gadis ini, gadis belia yang
ternoda. Diambil KTP dari saku Rani lalu sambil diselipkan ke dompet ia
mengeluarkan 3 lembar seratus ribu rupiah sambil mencium pipi Rani. “Ini
buat kamu. ” Rani menolak sambil terkaget- kaget.
“Aku bukan gadis bayaran Ton..” katanya sambil mulai menangis.
“Aku sayang kamu Tonii..” sambil terisak-isak.
“Tapi aku tidak sayang kamu, ” kata Toni sambil meletakkan uang itu di dlm tas Rani, lalu Toni keluar.
“Aku sayang kamu Tonii..” sambil terisak-isak.
“Tapi aku tidak sayang kamu, ” kata Toni sambil meletakkan uang itu di dlm tas Rani, lalu Toni keluar.
Dlm guyuran hujan ia membuka pintu mobil, lalu menarik Rani keluar.
“Lalu lintas akan lancar. Aku harus
pulang, kamu juga. Kita pisah di sini. Eh Ran.. thanks ya?!” Rani
berteriak histeris sambil lari keluar.
Toni kembali ke mobilnya mengunci pintu dan tersenyum melihat mobil di depannya bergerak ke depan.
jangan segan2 berkunjung kembaLi ya sobat
EmoticonEmoticon