perkenalkan nama saya Desta, saat
ini usiaku 30 tahun, tapi kejadian ini adalah kisah nyata dalam hidupku
saat aku berusia 25 tahun, kira kira lima tahun yang lalu, tapi baru
bisa menceritakan semua dengan tulisanku lewat wadah blog ini.
Pengalaman ini saya kisahkan dengan Mbak Sheila, yaitu ibu dari teman saya Tarjo, Sebelum saya ceritakan pengalaman saya dengan Mbak Sheila, aku ingin menyampaikan bahwa saya tertarik dengan wanita yang lebih tua dari saya, dulu waktu pacar atau teman kencan saya biasanya memiliki usia yang lebih tua, Tetapi istri saya saat ini memang lebih muda dari saya 5 tahun.
Pengalaman ini saya kisahkan dengan Mbak Sheila, yaitu ibu dari teman saya Tarjo, Sebelum saya ceritakan pengalaman saya dengan Mbak Sheila, aku ingin menyampaikan bahwa saya tertarik dengan wanita yang lebih tua dari saya, dulu waktu pacar atau teman kencan saya biasanya memiliki usia yang lebih tua, Tetapi istri saya saat ini memang lebih muda dari saya 5 tahun.
Dengan bermain cinta sama yang lebih
tua merupakan sensasi tersendiri buat saya, karena rasa yang diberikan
lebih dari apa yang saya inginkan, Saya mempunyai seorang tetangga,
sekaligus kawan bermain, tetapi umurnya 3 tahun dibawah saya, sebut saja
namanya Tarjo . Saya berkawan dan bersahabat dengan dia sudah sejak
kecil. Hubungan saya dengan Tarjo sudah seperti kakak beradik. Kami
saling bermain, saya ke rumahnya ataupun dia yang ke rumahku.
Makan dan terkadang tidur pun kami
sering bersama. Tarjo ini anak tertua dari 4 bersaudara. Ayahnya
meninggal dunia ketika dia berumur 15 tahun. Tarjo ini mempunyai ibu,
namanya Sheila. Meskipun Mbak Sheila ini ibu dari teman dekat saya,
tetapi saya memanggilnya tetap dengan panggilan mbak, bukan tante (saya
tidak tahu kenapa memanggilnya mbak, mungkin saya ikut-ikutan ibu saya).
Karena saya sudah terbiasa bergaul dengan keluarga Mbak Sheila, maka
Mbak Sheila menganggap saya sudah seperti anaknya sendiri. Sehingga Mbak
Sheila tidak merasa malu untuk bertingkah wajar di hadapanku, terutama
sekali dia sudah terbiasa berpakaian minim, meskipun saya ada di
depannya.
Apabila selesai mandi, dan keluar
dari kamar mandi, Mbak Sheila tanpa malu-malu jalan di hadapan saya
hanya dengan melilitkan handuk di tubuhnya. Sehingga dengan jelas sekali
terlihat kemolekan tubuhnya. Warna kulitnya yang kuning bersih, dengan
bentuk pantat yang bulat dan sintal, serta sepasang lengan yang indah
dengan bebasnya dapat dipandangi, meskipun saya pada saat itu masih SD
ataupun SMP, tetapi secara naluri, saya sudah ingin juga melihat
kemolekan tubuh Mbak Sheila.
Hubungan dengan Tarjo tetap baik,
meskipun saya sudah pindah rumah (meskipun dalam satu kota) dan meskipun
saya sudah kuliah ke lain kota, hubungan saya dengan keluarga Mbak
Sheila juga tetap tidak berubah. Kalau saya pulang ke rumah sebulan
sekali, saya selalu sempatkan main ke rumah Tarjo.
Setelah kematian suaminya, Mbak
Sheila selama kurang lebih 8 tahun tetap menjanda. Meskipun sebenarnya
banyak laki-laki yang tertarik padanya, karena Mbak Sheila ini orangnya
cantik, seksi, kulitnya kuning, bicaranya ramah dan supel. Penampilannya
selalu nampak bersih (selalu bermake-up setiap saat). Tetapi semuanya
ditolak, karena alasan Mbak Sheila pada saat itu katanya lebih
berkonsentrasi untuk dia dalam mengasuh anak-anaknya. Tetapi setelah 8
tahun menjanda, akhirnya dia menikah dengan seorang duda tua yang
meskipun kaya raya tetapi sakit-sakitan (Mbak Sheila mau menikah dengan
dia karena alasan ekonomi). Tetapi perkawinan ini hanya bertahan kurang
lebih 2 tahun, karena suaminya yang baru ini akhirnya juga meninggal.
Setelah saya Dewasa, rasa tertarik
saya dengan Mbak Sheila semakin menggebu. Tubuh yang seksi, pantat yang
padat, dan betis yang kecil serta indah selalu menjadi sasaran mata
saya. Terkadang saya sering mencuri pandang dengan Mbak Sheila, pada
saat ngobrol dengan Tarjo dankebetulan Mbak Sheila lewat. Apalagi kalau
sedang ngobrol dengan Tarjo dan Mbak Sheila ikut, wah rasanya jadi
senang sekali. Bahkan sering saya sengaja main ke rumah Tarjo, dimana
pada saat Tarjo tidak ada di rumah, sehingga saya dengan leluasa dapat
ngobrol berdua dengan Mbak Sheila.
Meskipun keinginan untuk bercinta
dengan Mbak Sheila selalu menggebu, tetapi saya masih kesulitan untuk
mencari cara memulainya. Terkadang rasa ragu dan malu selalu menghantui,
takut kalau nanti Mbak Sheila menolak untuk diajak bercinta. Tetapi
kalau kemauan sudah kuat, segala cara akan ditempuh demi tercapainya
keinginan. Hal ini terjadi secara kebetulan, ketika suatu sore MBak
Sheila minta tolong saya untuk mengantarkan melihat komplek perumahan
yang baru di pinggiran kota, karena dia bermaksud membeli rumah kecil di
komplek perumahan tersebut.
Kami berdua berangkat dengan memakai
mobil saya. Karena lokasinya masih baru dan masih dalam tahap
pembangunan, sehingga sesampainya di lokasi, suasananya terlihat sepi,
tidak ada seorang pun di tempat itu. Kami berdua berkeliling-keliling
dengan berjalan kaki melihat-lihat rumah-rumah yang baru dibangun. Saya
ajak Mbak Sheila masuk ke salah satu rumah yang sedang dibangun, yang
tentunya masih kosong, kami melihat-lihat ke dalamnya.
Kami berjalan berdampingan, dan
setelah masuk ke salah satu rumah yang sedang dibangun. Dengan tiba-tiba
saya dekap pundaknya, saya rekatkan ke dada saya, perasaan saya pada
saat itu tidak menentu, antara senang, takut kalau-kalau dia marah dan
menampar saya, danperasaan birahi yang sudah sangat menggebu. Tetapi
syukur, ternyata dia hanya tersenyum memandang saya. Melihat tidak ada
penolakan yang berarti, saya mulai berani untuk mencium pipinya,
lagi-lagi dia hanya tersenyum malu sambil pura-pura menjauhkan diri dan
sambil berkata,
“Ach.. Desta ini ada-ada saja..”
Saya berkata, “Mbak Sheila marah
yaa..?” Dia hanya menjawab dengan gelengan kepala dan sambil tersenyum
terus menundukkan kepala. Melihat bahasa tubuh yang menunjukkan “lampu
Hijau”, serangan saya semakin berani. Saya mengejarnya dan mendekapnya,
dan akhirnya saya berhasil mencium bibirnya yang tipis, mungil dan
berkilat oleh lipstick yang selalu menghiasi bibirnya. Sambil saya
bersandar di dinding, saya dekap dengan erat tubuh Mbak Sheila.
Saya cium bibirnya,
Saya cium bibirnya,
“Uhhmm..” dia bergumam dan balas memeluk dengan erat.
Ternyata tanpa diduga, Mbak Sheila
membalas ciuman saya dengan bergairah. Saya kembali balas ciumannya yang
sangat bergairah dengan permainan lidah saya. Lidah kami sudah
menari-nari. Kedua tangan saya sudah mencari sasaran-sasaran yang
sensitif. Bukit kembarnya yang mungil tapi masih padat dan terlihat
seksi menjadi sasaran kedua tangan saya.
Kedua bukit kembar ini sudah lama
kuidam-idamkan untuk menjamahnya. Kami berciuman agak lama. Nafas Mbak
Sheila semakin memburu. Ciuman, saya alihkan dari bibirnya yang mungil
turun ke lehernya. Dia menengadahkan wajahnya sambil matanya terpejam.
Menikmati rangsangan kenikmatan yang sudah lama tidak dia rasakan.
“Uchmm.. mm..” mulutnya selalu bergumam, tandanya dia menikmatinya.
Kedua tanganku saya dekapkan ke
pantatnya yang bulat dan seksi. Sehingga tubuhnya semakin marapat ke
tubuh saya. Dekapan kedua tangannya ke leher saya semakin diperkuat,
seiring dengan lenguhan bibirnya yang semakin panjang,
“Uuucchmm.. mm.”
Batang kejantanan yang tegang sejak
berangkat dari rumahnya Mbak Sheila, kini ditekan dengan kencang oleh
tubuh Mbak Sheila yang bergoyang-goyang. Rasa nikmat menjalar dari
batang kejantananku mengalir naik ke ubun-ubun. Ciumanku terus turun
setelah beberapa lama singgah di lehernya, turun menuruni celah bukit
kembarnya. Kedua BH-nya yang berwarna merah muda, serasi dengan kulitnya
yang langsat, semakin menambah indahnya susu Mbak Sheila.
Karena tubuh Mbak Sheila agak kecil,
saya agak sedikit berjongkok, agar mampu mencium kedua susunya yang
sudah mengeras. Kedua tangan saya pergunakan untuk menahan punggungnya
yang mulai melengkung atas sensasi ciuman saya ke susunya. Deru nafas
Mbak Sheila semakin memburu.
Gesekan tubuhnya ke batang keperkasaan saya semakin cepat frekuensinya, dan akhirnya,
“Udach acch Destai.. jangan disini, nggak enak kalau nanti ketahuan..” sambil berusaha melepaskan tubuhnya dari dekapan saya.
“Sebentar Mmmbbak..!” jawab saya dengan mulut tidak bergeser dari susunya.
“Desta, nanti kita lannjuttkan saja di llain ttemmpat..” suranya terputus-putus karena tersengal oleh nafasnya yang memburu.
“Oke dech Mbak Sheila, tapi Mbak Sheila harus janji dulu, kapan dilanjutkannya dan dimana..?” tanyaku sambil masih mendekap dengan erat tubuh Mbak Sheila.
“Besok pagi saja di rumahku jam sepuluh. Karena kalau pagi rumahku sepi.”
“Oke dech, besok pagi jam sepuluh saya datang lagi.”
“Yuk kita pulang, anter aku dulu ke rumah, anak nakaall..!” pinta Mbak Sheila manja sambil mencubit hidungku.
“Aku antar ke rumah, tapi kasih dulu uang muka untuk besok pagi.” sambil mengarahkan ciuman saya ke bibirnya sekali lagi sebagai uang muka untuk besok pagi.
“Sebentar Mmmbbak..!” jawab saya dengan mulut tidak bergeser dari susunya.
“Desta, nanti kita lannjuttkan saja di llain ttemmpat..” suranya terputus-putus karena tersengal oleh nafasnya yang memburu.
“Oke dech Mbak Sheila, tapi Mbak Sheila harus janji dulu, kapan dilanjutkannya dan dimana..?” tanyaku sambil masih mendekap dengan erat tubuh Mbak Sheila.
“Besok pagi saja di rumahku jam sepuluh. Karena kalau pagi rumahku sepi.”
“Oke dech, besok pagi jam sepuluh saya datang lagi.”
“Yuk kita pulang, anter aku dulu ke rumah, anak nakaall..!” pinta Mbak Sheila manja sambil mencubit hidungku.
“Aku antar ke rumah, tapi kasih dulu uang muka untuk besok pagi.” sambil mengarahkan ciuman saya ke bibirnya sekali lagi sebagai uang muka untuk besok pagi.
Dia belum sempat tersenyum karena
bibirnya sudah kukulum dengan mesranya. Hari mulai gelap dan gerimis
mengiringi kepulangan kami. Kami berjalan pulang ke rumah Mbak Sheila,
tetapi suasana dalam perjalanan pulang sudah jauh berbeda dengan suasana
ketika kami berangkat tadi. Karena ketika kami berangkat tadi, perilaku
kami sebagai seorang tante dengan “keponakannya”, tapi sekarang sudah
berubah menjadi perjalanan seorang tante dengan “keenakannya”.
Selama perjalanan, Mbak Sheila menggoda saya,
Selama perjalanan, Mbak Sheila menggoda saya,
“Waduh.., ternyata selama ini saya salah, saya kirain Desta itu orangnya alim, tapi ternyata..”
“Ternyata enak khan..?” goda saya sambil mencubit dagunya yang menggemaskan. Kami berdua tertawa berderai.
“Kalau tahu gitu, mending dari dulu yaa..?” kata Mbak Sheila menggoda.
“Iya kalau dari dulu, memek Mbak Sheila mungkin tidak karatan ya..?” balasku menggoda.
“Emangnya besi tua..!” jawab Mbak Sheila bersungut.
“Bukan besi tua, tapi besi pusaka.” jawab saya.
“Ternyata enak khan..?” goda saya sambil mencubit dagunya yang menggemaskan. Kami berdua tertawa berderai.
“Kalau tahu gitu, mending dari dulu yaa..?” kata Mbak Sheila menggoda.
“Iya kalau dari dulu, memek Mbak Sheila mungkin tidak karatan ya..?” balasku menggoda.
“Emangnya besi tua..!” jawab Mbak Sheila bersungut.
“Bukan besi tua, tapi besi pusaka.” jawab saya.
Selama perjalanan, tangan Mbak
Sheila tidak henti-hentinya selalu meremas tangan saya yang sebelah kiri
(sebelah kanan untuk pegang setir). Tangan saya baru dilepaskan ketika
saya pergunakan untuk pindah gigi saja. Selebihnya selalu dipegang dan
diremas-remas oleh Mbak Sheila.
“Mbak.., jangan tanganku aja donk yang diremas-remas..!” pinta saya dengan manja.
“Lha yang mana lagi yang minta diremas..?”
“Ya yang nggak ada tulangnya donk yang diremas.”
“Dasar anak nakal.” Mbak Sheila tersenyum, tapi tangannya beralih untuk meremas rudal yang masih tegang belum tersalurkan.
“Lha yang mana lagi yang minta diremas..?”
“Ya yang nggak ada tulangnya donk yang diremas.”
“Dasar anak nakal.” Mbak Sheila tersenyum, tapi tangannya beralih untuk meremas rudal yang masih tegang belum tersalurkan.
Ternyata Mbak Sheila tidak hanya meremas rudal saya saja, melainkan juga menciuminya.
“Mbak.., bebas aja lho Mbak, jangan sungkan-sungkan, anggap aja milik sendiri.” goda saya sambil tersenyum.
“Terus minta diapakan lagi..?” pancing Mbak Sheila.
“Yaa.., kalau mau dikulum juga boleh.” jawab saya.
“Emangnya nggak kelihatan orang..?” tanyanya ragu.
“Khan udah malem, lagian hujan, pasti nggak kelihatan.”
“Terus minta diapakan lagi..?” pancing Mbak Sheila.
“Yaa.., kalau mau dikulum juga boleh.” jawab saya.
“Emangnya nggak kelihatan orang..?” tanyanya ragu.
“Khan udah malem, lagian hujan, pasti nggak kelihatan.”
Tanpa menunggu jawaban, tangan Mbak
Sheila sudah mulai membuka resluiting celana dan mengeluarkan rudal
saya. Saya geser kursi saya agak ke belakang, agar Mbak Sheila dapat
leluasa mempermainkan rudal indah milik saya. Dirabanya rudal itu dan
diciuminya, akhirnya bibirnya yang mungil mengulum dan menjilatinya.
Terasa mendapat aliran listrik yang menggetarkan ketika lidah Mbak
Sheila menjilati kepala rudal saya. Dan terasa hangat dan basah ketika
mulutnya mengulum batang kejantanan saya yang semakin menegang. Dua
perasaan yang penuh sensasi berganti-ganti saya rasakan. Antara getaran
karena jilatan lidah dan hangatnya kuluman saling berganti. Kedua kaki
terasa tegang, dan pantat saya tidak terasa terangkat karena sensasi
yang ditimbulkan oleh kuluman bibir Mbak Sheila yang ternyata sangat
ahli.
Untuk menghindari konsentrasi yang
terpecah, terpaksa saya meminggirkan mobil ke jalur lambat, dan
memberhentikan mobil. Keadaan sangat mendukung, karena pada saat itu
tepat dengan turunnya hujan, dan lalu lintas kendaraan agak sepi,
sehingga kami berdua tidak merasa terganggu untuk melanjutkan permainan
di dalam mobil.
Mbak Sheila mengulum kemaluan saya
dengan semangat. Kepalanya terlihat turun naik-turun naik yang terkadang
cepat, terkadang lambat. Mulutnya terus bergumam, sebagai tanda bahwa
dia juga menikmatinya. Kedua tangan saya memegang kepala Mbak Sheila
naik-turun mengikuti gerakannya. Kaki semakin kejang dengan pantat saya
yang naik turun akibat rasa sensasi yang luar biasa. Untuk mengimbangi
permainannya, pantat Mbak Sheila yang terlihat nungging, saya remas
dengan tangan kiri, sementara tangan kanan masih membelai susu Mbak
Sheila, saya remas dengan pelan kedua susunya bergantian dengan tangan
kanan.
Resluiting rok bawahnya yang ada di
pantat, mulai saya buka, terlihat CD-nya yang berwarna merah muda. Saya
masukkan tangan kiri ke dalam CD-nya dan meremas dengan gemas pantatnya
yang padat berisi. Tangan saya bergerak turun menelusuri celah
pantatnya, dan sekarang menuju liang kemaluannya. Kemaluannya saya
sentuh dari belakang, dan terasa sudah sangat basah dan merekah. Saya
belai-belai bibir luar kewanitaannya dan akhirnya saya belai-belai
klitnya. Merasa klitnya tersentuh oleh jari saya, pantat Mbak Sheila
semakin dinaikkan, dan terasa tegang, kuluman ke batang kejantanan saya
semakin kencang. Tangan kanan saya masih meremas-remas susunyayang
semakin tegak. Melihat perpaduan antara belaian klitoris, remasan susu
dan kuluman rudal, suara kami jadi semakin maracau.
Pantat kami semakin naik turun.
Erangan kenikmatan dan sensasi aliran listrik menjalar ke sekujur tubuh
kami. Tiba-tiba Mbak Sheila melepaskan kulumannya. Dia kembali ke posisi
duduk dan telentang sambil matanya tetap terpejam oleh kenikmatan yang
sudah bertahun-tahun tidak dirasakan. Saya tahu maksudnya, bahwa dia
minta gantian agar kewanitaannya dijilati.
Saya singkapkan roknya, dan Mbak
Sheila dengan tergesa-gesa melepaskan sendiri CD-nya, seakan tidak sabar
dan tidak ingin ada waktu luang yang terputus. Kedua kakinya sudah
ditelentangkan, kemaluannya yang mungil dengan bulu-bulu halus dan
terawat sudah kelihatan merekah. Saya dekatkan mulut saya ke liang
senggamanya, tetapi saya baru akan menjilati kedua selangkangannya
terlebih dahulu. Dia meremas-remas rambut saya. Kedua kakinya
mengejang-ngejang dan bergerak-gerak tidak terkontrol. Pantatnya
digerak-gerakkan naik turun. Ini artinya Mbak Sheila sudah sangat
penasaran dan sangat gemas agar kemaluannya ingin dijilati. Dia
kelihatan penasaran sekali. Saya jilati bibir kemaluannya.
Harumnya yang khas kemaluan wanita
semakin merangsang saya. Remasan-remasan di kepala saya semakin kuat.
Akhirnya saya buka bibir kemaluannya, saya jilati klitorisnya. Ketika
lidah saya menyentuh klitorisnya, nafas lega dan erangan kenikmatan
keluar dari mulutnya.
“Uuuhh.. uhh.. uughh..!” terus menerus keluar dari mulutnya.
Kepalanya selalu bergoyang-goyang ke
kanan dan ke kiri. Remasan remasan tangan kirinya sekarang beralih ke
punggung saya, sedangkan tangan kanannya berusaha mencari batang
keperkasaan saya dan akhirnya meremas-remas dan mengocoknya. Tangan yang
lembut dengan kocokan dan remasan yang halus, memijat-mijat batang
kejantanan saya, memberikan sensasi tersendiri pada rudal kebanggaan
milik saya.
Lidah saya berputar-putar di
klitorisnya, usapan-usapan lidah di dinding vagina, terkadang saya
selingi dengan isapan dan gigitan halus di klitorisnya, membuat dia
semakin marancu,
“Uuugghh.. geellii banggeett..! Uuuff.., ggellii bannget..! Uuff ggllii..”
Dan secara tiba-tiba kedua tangannya
mencakar punggung saya, kedua kakinya menegang, dadanya membusung naik
diikuti dengan getaran tubuh yang hebat sambil mengerang, “Uuugghhff
Aaallvii.., uuff aku mmauu kkeelluua.. aarr..”
Nafasnya tersengal dan memburu, tandanya dia sudah sampai di puncak kenikmatan seorang wanita.
Nafasnya tersengal dan memburu, tandanya dia sudah sampai di puncak kenikmatan seorang wanita.
“Aaallvii.., kamu belum yaa..? Sini kukulum biar cepet nyampai.” suara Mbak Sheila sambil nafasnya masih memburu.
Dia membungkuk di pangkuan saya,
saya telentang di jok. Dia kembali mengulum batang kejantanan saya.
Bibir yang manis dan mungil kembali mengocok-ngocok rudal saya. Lidahnya
dengan lembut menyapu kepala kemaluan saya.
Sensasi yang tadi sempat terputus,
kembali dapat saya rasakan. Kaki saya menegang, pantatku terangkat,
tangan saya meremas-remas kedua pipinya. Aliran listrik menjalar dari
kepala kejantanan saya, naik ke ubun-ubun dan sekujur tubuh. Aliran
tersebut kembali lagi bersama-sama mengarah ke ujung rudal saya, ke
kepala kemaluan saya, dan akhirnya keluar bersama-sama dengan cairan
putih dan kental ke mulut Mbak Sheila, ke bibir Mbak Sheila, ke
hidungnya dan ke pipinya, banyak sekali. Seakan-akan habis sudah cairan
yang ada di tubuh ini, lemas kedua tubuh kami. Untuk sejenak kami berdua
berdiam diri, untuk menikmati sensasi kami, untuk mengatur nafas kami
dan untuk menenangkan emosi kami.
jangan segan2 berkunjung kembaLi ya sobat
EmoticonEmoticon