
nama Melis beliau adalah guru SMU dan mengajar sebagai guru sejarah, jujur saja dia paling cantik ketimbang guru lainnya karena memang dia mempunyai body yang seksi bila berjalan lekukan pinggangnya bikin nafsu apalagi siswa laki laki pasti betah sekali diajar olehnya.
Suatu hari Melis terpaksa harus memanggil salah satu muridnya ke rumahnya, untuk ulangan susulan. Si Anto harus mengulang karena ia kedapatan menyontek di kelas. Anto juga terkenal karena kekekaran tubuhnya, maklum dia sudah sejak SD bergulat dengan olah raga beladiri, karenanya ia harus menjaga kebugaran tubuhnya.
Bagi Melis, kedatangan Anto ke
rumahnya juga merupakan suatu kebetulan. Ia juga diam-diam naksir dengan
anak itu. Karenanya ia bermaksud memberi anak itu ‘pelajaran’ tambahan
di Minggu siang ini.
“Sudah selesai Anto?”, Melis masuk
kembali ke ruang tamu setelah meninggalkan Anto selama satu jam untuk
mengerjakan soal-soal yang diberikannya.”Hampir bu””Kalau sudah nanti
masuk ke ruang tengah ya saya tinggal ke belakang..
“”Iya..””Bu Melis, Saya sudah
selesai”, Anto masuk ke ruang tengah sambil membawapekerjaannya.”Ibu
dimana?””Ada di kamar.., Anto sebentar ya”, Melis berusaha membetulkan
t-shirtnya. Ia sengaja mencopot BH-nya untuk merangsang muridnya itu. Di
balik kaus longgarnya itu bentuk payudaranya terlihat jelas, terlebih
lagi puting susunya yang menyembul.
Begitu ia keluar, mata Anto nyaris
copot karena melotot, melihat tubuh gurunya. Melis membiarkan rambut
panjangnya tergerai bebas, tidak seperti biasanya saat ia tampil di muka
murid-muridnya.
“Kenapa ayo duduk dulu, Ibu
periksa..”Muka Anto merah karena malu, karena Melis tersenyum saat
pandangannya terarah ke buah dadanya.
“Bagus bagus…, Kamu bisa gitu kok pakai menyontek segala..?”
“Maaf Bu, hari itu saya lupa untuk
belajar..””oo…, begitu to?””Anto kamu mau menolong saya?”, Melis
merapatkan duduknya di karpet ke tubuh muridnya.
“Apa Ibu?”, tubuh Anto bergetar
ketika tangan gurunya itu merangkul dirinya, sementara tangan Melis yang
satu mengusap-uasap daerah ‘vital’ nya.
“Tolong Ibu ya…, dan janji jangan bocorkan pada siapa–siapa”.
“Tapi tapi…, Saya”.”Kenapa?, oo…,
kamu masih perawan ya?”.Muka Anto langsung saja merah mendengar
perkataan Melis”Iya””Nggak apa-apa”, Ibu bimbing ya.
Melis kemudian duduk di pangkuan
Anto. Bibir keduanya kemudian saling berpagutan, Melis yang agresif
karena haus akan kehangatan dan Anto yang menurut saja ketika tubuh
hangat gurunya menekan ke dadanya.
Ia bisa merasakan puting susu Melis
yang mengeras. Lidah Melis menjelajahi mulut Anto, mencari lidahnya
untuk kemudian saling berpagutan bagai ular.
Setelah puas, Melis kemudian berdiri
di depan muridnya yang masih melongo. Satu demi satu pakaiannya
berjatuhan ke lantai. Tubuhnya yang polos seakan akan menantang untuk
diberi kehangatan oleh perjaka yang juga muridnya ini.
“Lepaskan pakaiannmu Anto”, Melis
berkata sambil merebahkan dirinya di karpet. Rambut panjangnya tergerai
bagai sutera ditindihi tubuhnya.”Ahh cepat Anto”, Melis mendesah tidak
sabar.
Anto kemudian berlutut di samping
gurunya. Ia tidak tahu apa yang harus dilakukan. Pengetahuannya tentang
seks hanya di dapatnya dari buku dan video saja.”Anto…, letakkan
tanganmu di dada Ibu”,
Dengan gemetar Anto meletakkan
tangannya di dada Melis yang turun naik. Tangannya kemudian dibimbing
untuk meremas-remas payudara Melis yang montok itu.”Oohh…, enakk…,
begitu caranya…, remas pelan-pelan, rasakan putingnya menegang..”
Dengan semangat Anto melakukan apa
yang gurunya katakan.”Ibu…, Boleh saya hisap susu Ibu?”.Melis tersenyum
mendengar pertanyaan muridnya, yang berkata sambil menunduk, “Boleh…,
lakukan apa yang kamu suka”.
Tubuh Melis menegang ketika
merasakan jilatan dan hisapan mulut pemuda itu di susunya. Perasaan yang
ia pernah rasakan 3 tahun lalu saat ia masih bersama suaminya.”Oohh…,
jilat terus sayang…, ohh”, Tangan Melis mendekap erat kepala Anto ke
payudaranya.
Anto semakin buas menjilati puting
susu gurunya tersebut, mulutnya tanpa ia sadari menimbulkan bunyi yang
nyaring. Hisapan Anto makin keras, bahkan tanpa ia sadari ia gigit-gigit
ringan puting gurunya tersebut.
“mm…, nakal kamu”, Melis tersenyum merasakan tingkah muridnya itu.”Sekarang coba kamu lihat daerah bawah pusar Ibu”.
Anto menurut saja. Duduk diantara
kaki Melis yang membuka lebar. Melis kemudian menyandarkan punggungya
pada dinding di belakangnya.”Coba kamu rasakan”, ia membimbing telunjuk
Anto memasuki vaginanya.
“Hangat Bu..”Bisa kamu rasakan ada
semacam pentil…?””Iya..””Itu yang dinamakan kelentit, itu adalah titik
peka cewek juga. Coba kamu gosok-gosok”Pelan-pelan jari Anto
mengusap-usap clitoris yang mulai menyembul itu.
“Terus…, oohh…, ya…, gosok…, gosok”,
Melis mengerinjal-gerinjal keenakan ketika clitorisnya digosok-gosok
oleh Anto.”Kalo diginiin nikmat ya Bu?”, Anto tersenyum sambil terus
menggosok-gosok jarinya.
“Oohh…, Antoo…, mm”, tubuh Rini
telah basah oleh peluh, pikirannya serasa di awang-awang, sementara
bibirnya merintih-rintih keenakan.
Tangan Anto semakin berani
mempermainkan clitoris gurunya yang makin bergelora dirangsang birahi.
Nafasnya yang semakin memburu pertanda pertahanan gurunya akan segera
jebol.”Ooaahh…, Anntoo”, Tangan Melis mencengkeram pundak muridnya,
sementara tubuhnya menegang dan otot-otot kewanitaannya menegang.
Matanya terpejam sesaat, menikmati
kenikmatan yang telah lama tidak dirasakannya.”Hmm…, kamu lihai Anto…,
Sekarang…, coba kamu berbaring”.Anto menurut saja. Penisnya segera
menegang ketika merasakan tangan lembut gurunya.”Wah…, wahh.., besar
sekali”, tangan Melis segera mengusap-usap penis yang telah mengeras
tersebut.
Segera saja benda panjang dan
berdenyut-denyut itu masuk ke mulut Melis. Ia segera menjilati penis
muridnya itu dengan penuh semangat. Kepala penis muridnya itu dihisapnya
keras-keras, sehingga Anto merintih keenakan.
“Ahh…, enakk…,enakk”, Anto tanpa
sadar menyodok-nyodokkan pinggulnya untuk semakin menekan penisnya makin
ke dalam kuluman Melis. Gerakannya makin cepat seiring semakin kerasnya
hisapan Melis.”oohh Ibu…, Ibbuu”Muncratlah cairan mani Anto di dalam
mulut Melis, yang segera menjilati cairan itu hingga tuntas.”Hmm…, manis
rasanya Anto”, Melis masih tetap menjilati penis muridnya yang masih
tegak.”Sebentar ya aku mau minum dulu”.
Ketika Melis sedang membelakangi
muridnya sambil menenggak es teh dari kulkas. Tiba-tiba ia merasakan
seseorang mendekapnya dari belakang.”Anto…, biar Ibu minum
dulu”.”Tidak…, nikmati saja ini”, Anto yang masih tegang berat mendorong
Melis ke kulkas.Gelas yang dipegang Melis jatuh, untungnya tidak pecah.
Tangan Melis kini menopang tubuhnya
ke permukaan pintu kulkas.”Ibu…, sekarang!””Ahhkk”, Melis berteriak,
saat Anto menyodokkan penisnya dengan keras ke liang vaginanya dari
belakang. Dalam hatinya ia sangat menikmati hal ini, pemuda yang tadinya
pasif berubah menjadi liar.”Antoo…, enakk…, ohh…, ohh”.
Tubuh Melis bagai tanpa tenaga
menikmati kenikmatan yang tiada taranya. Tangan Anto satu menyangga
tubuhnya, sementara yang lain meremas payudaranya. Dan penisnya yang
keras melumat liang vaginanya.
“Ibu menikmati ini khan”, bisik Anto
di telinganya”Ahh…, hh”, Melis hanya merintih, setiap merasakan sodokan
keras dari belakang.”Jawab…, Ibu”, dengan keras Anto mengulangi
sodokannya.
“Ahh…,iyaa””Anto…, Anto jangann…, di
dal.. La” belum sempat ia meneruskan kalimatnya, Melis telah merasakan
cairan hangat di liang vaginanya menyemprot keras. Kepalang basah ia
kemudian menyodokkan keras pinggulnya.”Uuhgghh”, penis Anto yang
berlepotan mani itupun amblas lagi ke dalam liang Melis.”Ahh”.
Kedua insan itupun tergolek lemas menikmati apa yang baru saja mereka rasakan.
Setelah kejadian dengan Anto, Melis
masih sering bertemu dengannya guna mengulangi lagi perbuatan mereka.
Namun yang mengganjal hati Melis adalah jika Anto kemudian membocorkan
hal ini ke teman-temannya.
Ketika Melis berjalan menuju
mobilnya seusai sekolah bubar, perhatiannya tertumbuk pada seorang
muridnya yang duduk di sepeda motor di samping mobilnya, katakanlah dia
Reza. Ia berbeda dengan Anto, anaknya agak pembuat onar jika di kelas,
kekar dan nakal. Hatinya agak tidak enak melihat situasi ini.
“Bu Melis salam dari Anto”, Reza
melemparkan senyum sambil duduk di sepeda motornya.”Terima kasih, boleh
saya masuk”, Ia harus berkata begitu karena sepeda motor Reza
menghalangi pintu mobilnya.
“Boleh…, boleh Bu saya juga ingin
pelajaran tambahan seperti Anto.”Langkah Melis terhenti seketika. Namun
otaknya masih berfungsi normal, meskupun sempat kaget.”Kamu kan nilainya
bagus, nggak ada masalah kan..”, sambil duduk di balik kemudi.
“Ada sedikit sih kalau Ibu nggak
bisa mungkin kepala guru bisa membantu saya, sekaligus melaporkan
pelajaran Anto”, Reza tersenyum penuh kemenangan.”Apa hubungannya?”,
Keringat mulai menetes di dahi Melis.”Sudahlah kita sama-sama tahu Bu.
Saya jamin pasti puas”.
Tanpa menghiraukan omongan muridnya,
Melis langsung menjalankan mobilnya ke rumahnya. Namun ia sempat
mengamati bahwa muridnya itu mengikutinya terus hingga ia menikung untuk
masuk kompleks perumahan.Setelah mandi air hangat, ia bermaksud
menonton TV di ruang tengah.
Namun ketika ia hendak duduk pintu
depan diketuk oleh seseorang. Melis segera menuju pintu itu, ia mengira
Anto yang datang. Ternyata ketika dibuka”Reza! Kenapa kamu ngikuutin
saya!”, Melis agak jengkel dengan muridnya ini.
“Boleh saya masuk?”.”Tidak!”.
“Apa guru-guru perlu tahu rahasiamu?”.”!!”dengan geram ia mempersilakan Reza masuk.
“Enak ya rumahnya, Bu”, dengan
santainya ia duduk di dekat TV. “Pantas aja Anto senang di sini”.”Apa
hubunganmu dengan Anto?, Itu urusan kami berdua”, dengan ketus Melis
bertanya.
“Dia teman dekat saya. Tidak ada
rahasia diantara kami berdua”.”Jadi artinya”, Kali ini Melis benar-benar
kehabisan akal. Tidak tahu harus berbuat apa.
“Bu, kalo saya mau melayani Ibu
lebih baik dari Anto, mau?”, Reza bangkit dari duduknya dan berdiri di
depan Melis.Melis masih belum bisa menjawab pertanyaan muridnya itu.
Tubuhnya panas dingin.
Melis masih belum bisa menjawab
pertanyaan muridnya itu. Tubuhnya panas dingin. Belum sempat ia
menjawab, Reza telah membuka ritsluiting celananya. Dan setelah beberapa
saat penisnya meyembul dan telah berada di hadapannya.
“Bagaimana Bu, lebih besar dari Anto
khan?”.Reza ternyata lebih agresif dari Anto, dengan satu gerakan
meraih kepala Melis dan memasukkan penisnya ke mulut
Melis.”Mmpfpphh”.”Ahh yaa…, memang Ibu pandai dalam hal ini.
Nikmati saja Bu…, nikmat kok”Rupanya
nafsu menguasai diri Melis, menikmati penis yang besar di dalam
mulutnya, ia segera mengulumnya bagai permen. Dijilatinya kepala penis
pemuda itu dengan semangat. Kontan saja Reza merintih keenakan.
“Aduhh…, nikmat sekali Bu oohh”,
Reza menyodok-nyodokkan penisnya ke dalam mulut Melis, sementara
tangannya meremas-remas rambut ibu gurunya itu. Melis merasakan penis
yang diisapnya berdenyut-denyut.
Rupanya Reza sudah hendak
keluar.”oohh…, Ibu enakk…, enakk…, aahh”.Cairan mani Reza muncrat di
mulut Melis, yang segera menelannya. Dijilatinya penis yang berlepotan
itu hingga bersih. Kemudian ia berdiri.”Sudahh…, sudah selesai kamu bisa
pulang”,
Namun Melis tidak bisa memungkiri
perasaannya. Ia menikmati mani Reza yang manis itu serta membayangkan
bagaimana rasanya jika penis yang besar itu masuk ke vaginanya.”Bu, ini
belum selesai. Mari ke kamar, akan saya perlihatkan permainan yang
sebenarnya.”
“Apa! beraninya kamu memerintah!”,
Namun dalam hatinya ia mau. Karenanya tanpa berkata-kata ia berjalan ke
kamarnya, Reza mengikuti saja.
Setelah ia di dalam, Melis tetap
berdiri membelakangi muridnya itu. Ia mendengar suara pakaian jatuh,
dugaannya pasti Reza sedang mencopoti pakaiannya. Ia pun segera
mengikuti jejak Reza. Namun ketika ia hendak melepaskan kancing
dasternya.
“Sini saya teruskan”, ia mendengar
Reza berbisik ke telinganya. Tangan Reza segera membuka kancing
dasternya yang terletak di bagian depan. Kemudian setelah dasternya
jatuh ke lantai, tangan itupun meraba-raba payudaranya. Melis juga
merasakan penis pemuda itu diantara belahan pantatnya.”Gilaa…, besar
amat”, pikirnya.
Tak lama kemudian iapun dalam
keadaan polos. Penis Reza digosok-gosokkan di antara pantatnya,
sementara tangan pemuda itu meremasi payudaranya. Ketika jemari Reza
meremas puting susu Melis, erangan kenikmatan pun keluar.
“mm oohh”.Reza tetap melakukan aksi
peremasan itu dengan satu tangan, sementara tangan satunya melakukan
operasi ke vagina Melis.”Reza…, aahh…, aahh”, Tubuh Melis menegang saat
pentil clitorisnya ditekan-tekan oleh Reza.”Enak Bu?”, Reza kembali
berbisik di telinga gurunya yang telah terbakar oleh api birahi itu.
Melis hanya bisa menngerang,
mendesah, dan berteriak lirih. Saat usapan, remasan, dan pekerjaan
tangan Reza dikombinasi dengan gigitan ringan di lehernya. Tiba-tiba
Reza mendorong tubuh Melis agar membungkuk.
Kakinya di lebarkan.”Kata Anto ini
posisi yang disukai Ibu””Ahhkk…, hmm…, hmmpp”, Melis menjerit, saat Reza
dengan keras menghunjamkan penisnya ke liang vaginanya dari
belakang.””Ugghh…, innii…, innii”, Reza medengus penuh gairah dengan
tiap hunjaman penisnya ke liang Melis.
Melispun berteriak-teriak
kenikmatan, saat liang vaginanya yang sempit itu dilebarkan secara
cepat.”Adduuhh…, teruss.., teruss Rezaa…, oohh”, Kepala ibu guru itu
berayun-ayun, terpengaruh oleh sodokan Reza.
Tangan Reza mencengkeram pundak
Melis, seolah-olah mengarahkan tubuh gurunya itu agar semakin cepat saja
menelan penisnya.”Oohh Melis…, Rinnaa”.Melis segera merasakan cairan
hangat menyemprot di dalam vaginanya dengan deras. Matanya terpejam
menikmati perasaan yang tidak bisa ia bayangkan.
Melis masih tergolek kelelahan di
tempat tidur. Rambutnya yang hitam panjang menutupi bantalnya, dadanya
yang indah naik-turun mengikuti irama nafasnya.
Sementara itu vaginanya sangat
becek, berlepotan mani Reza dan maninya sendiri. Reza juga telajang
bulat, ia duduk di tepi tempat tidur mengamati tubuh gurunya itu. Ia
kemudian duduk mendekat, tangannya meraba-raba liang vagina Melis,
kemudian dipermainkannya pentil kelentit gurunya itu.”mm capek…, mm”,
bibir Melis mendesah saat pentilnya dipermainkan.
Sebenarnya ia sangat lelah, tapi
perasaan terangsang yang ada di dalam dirinya mulai muncul lagi.
Dibukanya kakinya lebar-lebar sehingga memberikan kemudahan bagi Reza
untuk memainkan clitorisnya.”Rezz aahh”,
Tubuh Melis bergetar,
menggelinjang-gelinjang saat Reza mempercepat permainan tangannya.”Bu…,
balik…, Reza pengin nih””Nakal kamu ahh”, dengan tersenyum nakal, Melis
bangkit dan menungging. Tangannya memegang kayu dipan tempat tidurnya.
Matanya terpejam menanti sodokan penis Reza.
Reza meraih payudara Melis dari
belakang dan mencengkeramya dengan keras saat ia menyodokkan penisnya
yang sudah tegang”Adduuhh…, owwmm”, Melis mengaduh kemudian menggigit
bibirnya, saat lubang vaginannya yang telah licin melebar karena desakan
penis Reza.”
Bu Melis nikmat lho vagina Ibu…,
ketat”, Reza memuji sambil menggoyang-goyangkan pinggulnya.”mm…, aahh…,
ahh…, ahhkk”, Melis tidak bisa bertahan untuk hanya mendesah. Ia
berteriak lirih seiring gerakan Reza.
Badannya digerakkannya untuk
mengimbangi serangan Reza. Kenikmatan ia peroleh juga dari remasan
muridnya itu.”Ayoo…, aahh.., ahh… Mm.., buat Ibu keluuaa.. Rr lagi…”.
Gerakan Melis makin cepat menerima sodokan Reza.
Tangan Reza beralih memegangi tubuh
Melis, diangkatnya gurunya itu sehingga posisinya tidak lagi “doggy
style”, melainkan kini Melis menduduki penisnya dengan membelakangi
dirinya. Reza kini telentang di tempat tidur yang acak-acakan dan penuh
oleh mani yang mengering.
“Ooww..”, Teriakan Melis terdengar
keras saat ia tidak bisa lagi menahan orgasmenya. Tangannya mencengkeram
tangan Reza, kepalanya mendongak menikmati kenikmatan yang menjalar ke
seluruh tubuhnya. Sementara Reza sendiri tetap menusuk-nusukkan penisnya
ke vagina Melis yang makin becek.”
Ayoo…, makin dalam dalamm”.”Ahh..,
aahh…, aahh..”, Rezapun mulai berteriak-teriak.”Mau kelluuaarr”Melis
sekali lagi memejamkan matanya, saat mani Reza menyemprot dalam liang
vaginanya. Melis kemudian ambruk menindih tubuh Reza yang basah oleh
keringat.
Sementara diantara kaki-kaki mereka
mengalir cairan hangat hasil kenikmatan mereka.”Bu Melis…, sungguh luar
biasa, Coba kalau Anto ada disini sekarang”.”mm memangnya kamu mau apa”,
Melis kemudian merebahkan dirinya di samping Reza. Tangannya
mengusap-usap puting Reza.”Kita bisa main bertiga, pasti lebih
nikmat..”Melis tidak bisa menjawab komentar Reza, sementara perasaannya
dipenuhi kebingungan.
Akhirnya hari kelulusan murid klas 3
sampai juga. Dengan demikian Melis harus berpisah dengan kedua murid
yang disayanginya, terlebih lagi ketika ia harus pindah ke kota lain
untuk menempati pos baru di Kanwil.
Karenanya ia memanggil Anto untuk
datang ke rumahnya untuk memberitahukan perihal kepindahannya.Ketika
seputar Indonesia mulai ditayangkan, Anto muncul. Ia langsung
dipersilakan duduk.”Bu, Anto kangen lho”.”Iya deh…, nanti.
Gini, Ibu bulan depan pindah ke kota
B, soalnya akan dinaikkan pangkatnya. Jadi…, jadi…, Ibu ingin malam ini
malam terakhir kita”, mata Melis berkaca-kaca ketika mengucapkan
itu.”…………..”, Anto tidak bisa menjawab. Ia kaget mendengar berita itu.
Baginya Melis merupakan segalanya,
terlebih lagi ia telah mendapatkan pelajaran berharga dari gurunya
itu.”Tapi Anto masih boleh berkirim surat kan?”.Melis bisa sedikit
tersenyum melihat muridnya tabah,
“Iya…, boleh…, boleh”.”Minum dulu
Nto, ada es teh di meja makan. Kalau sudah nonton VCD di kamar yaa”,
Melis mengerling nakal ke muridnya sambil beranjak ke kamar.
Di kamar ia mengganti pakaiannya
dengan kimono kegemarannya, melepas BH, menghidupkan AC dan tentu saja
menyetel VCD ‘Kamasutra-nya Penthouse”. Lalu ia tengkurap di tempat
tidur sambil menonton TV.
Diluar Anto meminum es teh yang
disediakan Melis dan membiarkan pintu depan tidak terkunci. Ia mempunyai
rencana yang telah disusun rapi.Lalu Anto menyusul Melis ke kamar
tidur. Begitu pintu dibuka ia melihat gurunya tengkurap menonton VCD
dengan dibalut kimono merah tipis, lekuk tubuhnya jelas terlihat.
Rambutnya yang panjang tergerai di punggungnya bagai gadis iklan shampo
Pantene.”Ganti pakaian itu Nto..”, Melis menunjuk celana pendek dan kaos
tipis yang terlipat rapi di meja riasnya.
Ketika Anto sedang mencopot
celananya Melis sempat melihat penis pemuda itu menyembul di balik CD GT
Man-nya. Setelah selesai Anto juga tengkurap di samping Melis.”Sudah
liat film ini belum? Bagus lho untuk info posisi-posisi ngesex”.
“Belum tuh…”, Mata Anto tertuju pada
posisi dimana si wanita berdiri memegang pohon sementara si pria
memasukkan penisnya dari belakang, sambil meremas-remas payudara
partnernya.”mm…, itu posisi fave saya. Kalau kamu suka nanti CD itu bisa
kamu ambil”.”Thanx..”, Anto kemudian mengecup pipi gurunya.
Adegan demi adegan terus bergulir,
suasana pun menjadi semakin panas. Melis kini tengkurap dengan tidak
lagi mengenakan selembar benangpun. Demikian pula Anto. Anto kemudian
duduk di sebelah gurunya itu, dibelainya rambut Melis dengan lembut,
kemudian disibakkannya ke sebelah kiri. Bibir Anto kemudian menciumi
tengkuk Melis, dijilatinya rambut-rambut halus yang tumbuh
lebat.”aahh…”Setelah puas,
Anto kemudian memberi isyarat pada
Melis agar duduk di pangkuannya.”Bu, biar Anto yang puasin ibu malam
ini…”, Bisik Anto di telinga Melis. Melis yang telah duduk di pangkuan
Anto pasrah saja saat kedua tangan muridnya meremas-remas payudaranya
yang liat. Kemudian ia menjerit lirih saat puting susunya mendapat
remasan.”Akhh…”, Melis memejamkan matanya.”Anto…, jilatin vagina ibu…”
Anto kemudian merebahkan Melis,
dibukanya kaki gurunya itu lebar-lebar, kemudian dengan perlahan ia
mulai menjilati vagina gurunya. Bau khas dari vagina yang telah basah
oleh gairah itu membuat Anto kian bernafsu.”oohh…, teruss…, teruuss…”,
Melis bergetar merasakan kenikmatan
itu. Tangannya membimbing tangan Anto dalam meremasi susunya. Memberikan
kenikmatan ganda.”Jilatin…, pentil itu…, oohohh”, Bagai dikomando Anto
menjilati pentil clitoris Melis, dengan penuh semangat.”Aduuhh…..
Oohh…oohh…hh.. Hh…..””Anto…, massuukk”.
Kaki Melis kemudian disampirkannya
ke pundak, dan dengan cepat disodokkannya penisnya ke vagina Melis yang
becek.”mm…”, Melis menggigit bibirnya. Meskipun lubang vaginanya telah
licin, namun penis yang besar itu tetap saja agak kesulitan menerobos
masuk.
“Uuhh…, masih susah juga ya Bu…”,
Anto sambil meringis memaju mundurkan penisnya. Ia merasakan penisnya
bagai diremas-remas oleh tangan yang sangat halus saat di dalam. Tangan
Melis mempermainkan puting Anto.
Dengan gemas dicubitnya hingga Anto
berteriak.”Uhh…, nakal, Ini balasannya!”, sodokan Anto makin keras,
lebih keras dari saat ia memasukkan penisnya.”aa…”.
Tiba-tiba pintu kamar tebuka!
Spontan Melis terkejut, tapi tidak bagi Anto. Reza sudah berdiri di muka
pintu, senjatanya telah tegak berdiri.”mm…, hot juga permainan Ibu
dengan Dia, boleh saya bergabung?”, Reza kemudian berjalan mendekati
mereka.
Melis yang hendak berdiri ditahan oleh Anto, yang tetap menjaga penisnya di dalam vagina Melis.
“Nikmati saja…”Reza kemudian
mengangkangi Melis, penisnya berada tepat di mukanya.”Isap… Ayoo”,
sambil memasukkan penisnya. Saat itu pula Anto menghentakkan gerakannya.
Saat Melis berteriak, saat itu pula penis Reza masuk.”Ahh…, nikmat..”,
Melis merem-melek menghisap-hisap penis muridnya, sementara Anto dengan
puas menggarap vaginanya.”uufff…, jilatin…, jilatt”, tangan Reza
memegangi kepala Melis, agar semakin dalam saja mengisap penisnya.
Posisi itu tetap bertahan hingga
akhirnya Anto keluar duluan. Maninya menyemprot dengan leluasa di lubang
vagina gurunya yang cantik. Sementara Reza tetap mengerang-erang sambil
medorong-dorong kepala Melis.Setelah Anto mengeluarkan penisnya dari
vagina Melis,
“Berdiri menghadap tembok Bu!”Melis
masih kelelahan. Ia telah orgasme pula saat Anto keluar, namun ia tidak
bisa teriak karena ada penis di mulutnya. Saat ia berdiri dengan tangan
di tembok menahan tubuhnya, mani anto menetes ke lantai.”mm…, Nto…, liat
tuh punya kamu..”, seru Reza sambil tertawa. Ia kemudian menempelkan
tubuhnya ke Melis. Penisnya tepat berada di antara kedua pantat
Melis.”Nih Bu rasakan punya Reza juga ya”.
Anto dengan santai menyaksikan
temannya menggarap gurunya dari belakang. Tangan Reza memegangi pinggang
Melis saat ia menyodok-nyodokkan penisnya keluar masuk dengan cepat.
Saat Melis merintih-rintih menikmati permainan mereka,
Anto merasakan penisnya tegang lagi.
Ia tidak tahan melihat pemandangan yang sangat erotik sekali.Kedua
insan itu saling mengaduh, mendesah, dan berteriak lirih seiring
kenikmatan yang mereka berikan dan rasakan.”ooww…”,
Tubuh Melis yang disangga Reza
menegang, kemudian lemas. Anto menduga mereka berdua telah sampai di
puncak kenikmatan. Timbul isengnya, ia kemudian mendekati mereka dan
menyusup diantara Melis dan tembok.
Dipindahkannya tangan Melis ke
pundaknya, dan penisnya menggantikan posisi milik Reza.”Anto…”,
Lagi-lagi Melis mendesah saat penis Anto masuk dan pinggulnya didorong
oleh Reza dari belakang.”Ahh.. Ahh…. Dorongg…dorongg………….””aa.. Aa…
Aa”.”oohhkk…, kk…, kk..”, Melis berteriak keras sekali, saat dorongan
Reza sangat keras menekan pinggulnya. penis Anto amblas hingga mencapai
pangkalnya masuk ke vagina Melis. Saat itu pula ia merasakan penis yang
berdenyut-denyut itu melepaskan muatannya untuk kedua kali.
jangan segan2 berkunjung kembaLi ya sobat
EmoticonEmoticon