kurang lebih setahun aku bekerja pada sebuah perusahaan yang bergerak dalam bidang perundingan pembelian tanah yang akan dijadikan tempat usaha. Di perusahaan itu aku juga memilki jabatan yang tidak rendah karena aku selalu yang disuruh berangkat menyurvey, menawar, dan memastikan kalau lahan yang akan dibuat usaha itu benar-benar strategis. Aku juga sering bertemu dengan klien yang meminta bantuan perusahaan kami atau yang bekerja sama dengan perusahaan kami. Aku mendapatkan kepercayaan oleh perusahaan setelah aku berhasil memenangkan tender yang sangat besar sekali, dari itu aku menjadi orang kepercayaan bosku.
![]() |
Dikala aku melakukan survey sebuah lahan aku selalu ditemani oleh seorang teman kantorku yang ditugaskan untuk menemaniku.
Namanya Bu Intan, orangnya gak begitu cantik, tapi senyumannya manis sekali. Dia berusia sekitar 35 tahunan, dia juga sudah mempunyai suami dan mempunyai du orang anak. Tapi tubuh Bu Intan ini masih sangat langsing sekali, buah dadanya lumayan besar sekitar 36B dan pantatnya yang ranum menghiasi pemandangan tubuh Bu Intan dibalik kerudung yang selalu menutupi wajahnya. Sudah lama aku bekerja bersama Bu Intan, jadi aku mengetahui bagaimana sifat Bu Intan ini. Sehingga kami dengan tidak segan lagi ketika saling bercanda.
Namanya Bu Intan, orangnya gak begitu cantik, tapi senyumannya manis sekali. Dia berusia sekitar 35 tahunan, dia juga sudah mempunyai suami dan mempunyai du orang anak. Tapi tubuh Bu Intan ini masih sangat langsing sekali, buah dadanya lumayan besar sekitar 36B dan pantatnya yang ranum menghiasi pemandangan tubuh Bu Intan dibalik kerudung yang selalu menutupi wajahnya. Sudah lama aku bekerja bersama Bu Intan, jadi aku mengetahui bagaimana sifat Bu Intan ini. Sehingga kami dengan tidak segan lagi ketika saling bercanda.
Selain ditemani Bu Intan aku, saat
survey aku juga selalu diantar oleh sopir pribadiku yang juga sudah lama
bekerja denganku. dibalik kerudung Bu Intan sempat aku menebak-nebak
tentang gairah Sex Bu Intan ini, bahkan aku juga sempat menanyakan pada
Bu Intan saat kami keluar menyurvey. Dia hanya tersenyum dengan
pertanyaanku yang menjurus soal hubungan Sex. Aku menjadi tahu kalau Bu
Intan ini juga sebenarnya gak baik-baik banget, aku juga bisa
mendapatkannya, tapi dia menutupinya dengan berkerudung saat dikantor.
Aku juga sering menggodanya saat berada dikantor tapi tidak didepan
teman-teman kantor, tapi ketika terlihat sepi, dan Bu Intan selalu hanya
membals godaanku dengan senyuman yang sangat khas dari raut wajahnya.
Waktu itu hari sabtu aku mengambil
cuti karena aku ingin istirahat dirumah, menenangkan pikiran dari segala
urusan yang ada dikantor. Tapi tak sesuai dengan harapanku, sekitar jam
10 siang aku ditelpon oleh atasanku dan aku ditugaskan untuk survey
sebuah lahan dengan sebuah klien dari perusahaan. Karena tak bisa
menolak aku pun menyanggupinya. Dan aku meminta kalau Bu Intan diantar
kerumahku. Segera aku bergegas tata-tata, menyiapkan segala sesuatu yang
aku perlukan. Dan setengah jam kemudian Bu Intan sampai kerumahku
dengan diantar sopir perusahaan. Aku mempersilahkannya masuk dirumahku
dulu sambil menunggu bersiap. Istriku dengan Bu Intan juga sudah kenal
karena aku sudah cerita tentang Bu Intan jadi istriku gak masalah.
Setelah selesai, aku mencari
sopirku, dan setelah aku panggil istriku yang menjawab, kalau sopirku
pagi tadi ijin untuk mengantar istrinya kerumah sakit. Jadi terpaksalah
aku menyetir mobil sendiri. Dan aku langsung berpamitan dengan istriku.
Aku dan Bu Intan lalu masuk mobil dan kami pun langsung meninggalkan
rumah. Obrolan kami di perjalanan menuju lokasi, hanya menyangkut
masalah-masalah bisnis yang ada kaitannya dengan Bu Intan. Tidak ada
sesuatu yang menyimpang. Bahkan setelah tiba di lokasi yang 25 km dari
pusat kota, aku tak berpikir yang aneh-aneh. Bahkan aku jengkel juga
ketika pemilik tanah itu tidak ada di tempat, harus dijemput dulu oleh
keponakannya yang segera meluncur di atas motornya.
Kami duduk saja di dalam mobil yang
diparkir menghadap ke kebun tak terawat, yang rencananya akan dijadikan
perumahan oleh kenalanku yang seorang developer. Suasana sunyi sekali.
Karena kami berada di depan kebun yang mirip hutan. Pepohonan yang
tumbuh tidak dirawat sedikit pun. Karena suasana yang sunyi itu…entah
kenapa…tiba-tiba saja membuatku iseng…memegang tangan Bu Intan sambil
berkata,
“Bisa 2 jam kita harus menunggu di sini, Bu.”
“Iya Pak,” sahutnya tanpa menepiskan genggamanku,
“Sabar aja ya Pak….di dalam bisnis memang suka ada ujiannya.” Aku terdiam.
“Iya Pak,” sahutnya tanpa menepiskan genggamanku,
“Sabar aja ya Pak….di dalam bisnis memang suka ada ujiannya.” Aku terdiam.
Tapi tanganku tidak diam. Aku mulai
meremas tangan wanita 30 tahunan itu, yang makin lama terasa makin
hangat. Dia bahkan membalasnya dengan remasan. Apakah ini
berarti……..ah…..pikiranku mulai melayang-layang tak menentu. Mungkin di
mana-mana juga lelaki itu sama seperti aku. Dikasih sejengkal mau
sedepa.
Remas-remasan tangan tidak
berlangsung lama. Kami bukan abg lagi. Masa cukup dengan remas-remasan
tangan? Sesaat kemudian, lengan kiriku sudah melingkari lehernya. Tangan
kananku mulai berusaha membuka jalan agar tangan kiriku bisa menyelusup
ke dalam bajunya yang sangat tertutup dan berlengan panjang. Bu Intan
diam saja. Dan akhirnya aku berhasil menyentuh payudaranya. Tapi dia
menepiskan tanganku sambil berkata,
“Duduknya di belakang saja Pak…di sini takut dilihat orang…” O, senangnya hatiku.
Karena ucapannya itu mengisyaratkan bahwa dia juga mau !
“Kenapa mendadak jadi begini Pak?”
tanya wanita berjilbab itu ketika kami sudah duduk di jok belakang, pada
saat tanganku berhasil menyelinap ke baju tangan panjangnya dan ke
balik BH nya.
“Gak tau kenapa ya?” sahutku sambil meremas payudaranya yang terasa masih kencang, mungkin karena rajin merawatnya.
“Tapi Pak…uuuuccchhhh…..kalau saya jadi mau gimana nih?” wanita itu terpejam-pejam sambil meremas-remas lututku yang masih berpakaian lengkap.
“Kita lakukan saja…asal Bu Intan gak keberatan….” tanganku makin berani, berhail menyelinap ke balik rok panjangnya, lalu menyelundup ke balik celana dalamnya.
“Gak tau kenapa ya?” sahutku sambil meremas payudaranya yang terasa masih kencang, mungkin karena rajin merawatnya.
“Tapi Pak…uuuuccchhhh…..kalau saya jadi mau gimana nih?” wanita itu terpejam-pejam sambil meremas-remas lututku yang masih berpakaian lengkap.
“Kita lakukan saja…asal Bu Intan gak keberatan….” tanganku makin berani, berhail menyelinap ke balik rok panjangnya, lalu menyelundup ke balik celana dalamnya.
Tanganku sudah menyentuh bulu
kemaluannya yang terasa lebat sekali. Kemudian menyeruak ke bibir
kemaluannya…bahkan mulai menyelinap ke celah vaginanya yang terasa sudah
membasah dan hangat.
“Masa di mobil?” protesnya,
“kata orang mobil jangan dipakai gituan, bisa bikin sial…”
“Emang siapa yang mau ngajak begituan di mobil? Ini kan perkenalan aja dulu….” kataku pada waktu jemariku mulai menyelusup ke dalam liang kemaluan Bu Intan yang terasa hangat dan berlendir… Wanita itu memelukku erat-erat sambil berbisik,
“Duh Pak…saya jadi puyeng ya….kita cari penginapan aja dulu yuk. Bilangin aja sama orang-orang di sini kalau kita mau datang lagi besok.”
“Iya sayang,” bisikku, “ Sekarang ini memiliki dirimu lebih penting daripada ketemuan dengan pemilik tanah itu…”
“Ya sudah dulu dong,” Bu Intan menarik tanganku yang sedang mempermainkan kemaluannya,
“Nanti kalau saya gak bisa nahan di sini kan berabe. Nanti aja di penginapan saya kasih semuanya…” Aku ketawa kecil.
“kata orang mobil jangan dipakai gituan, bisa bikin sial…”
“Emang siapa yang mau ngajak begituan di mobil? Ini kan perkenalan aja dulu….” kataku pada waktu jemariku mulai menyelusup ke dalam liang kemaluan Bu Intan yang terasa hangat dan berlendir… Wanita itu memelukku erat-erat sambil berbisik,
“Duh Pak…saya jadi puyeng ya….kita cari penginapan aja dulu yuk. Bilangin aja sama orang-orang di sini kalau kita mau datang lagi besok.”
“Iya sayang,” bisikku, “ Sekarang ini memiliki dirimu lebih penting daripada ketemuan dengan pemilik tanah itu…”
“Ya sudah dulu dong,” Bu Intan menarik tanganku yang sedang mempermainkan kemaluannya,
“Nanti kalau saya gak bisa nahan di sini kan berabe. Nanti aja di penginapan saya kasih semuanya…” Aku ketawa kecil.
Lalu pindah duduk ke belakang setir
lagi. Tak lama kemudian mobilku sudah meluncur di jalan raya. Persetan
dengan pemilik tanah itu. Sekarang ini yang terpenting adalah tubuh Bu
Intan, yang jelas sudah siap diapakan saja. Dengan mudah kudapatkan
hotel kecil di luar kota, sesuai dengan keinginan Bu Intan, karena kalau
di dalam kota takut kepergok oleh orang-orang yang kami kenal. Soalnya
aku punya istri, Bu Intan pun punya suami. Hotel itu cuma hotel
sederhana. Tapi lumayan, kamar mandinya pakai shower air panas. Tidak
pakai AC, karena udaranya cukup dingin, rasanya tak perlu pakai AC di
sini. Yang penting adalah wanita berjilbab itu…yang kini sedang berada
di dalam kamar mandi, mungkin sedang cuci-cuci dulu…sementara aku sudah
tak sabar menunggunya.
Ketika ia muncul di ambang pintu
kamar mandi, aku terpana dibuatnya. Rambutnya yang tak ditutupi apa-apa
lagi, tampak tergerai lepas….panjang lebat dan ikal. Jujur…ia tampak
jauh lebih seksi, apalagi kalau mengingat bahwa ia 5 tahun lebih muda
adaripada istriku. Rok bawahnya tidak dikenakan lagi, sehingga pahanya
yang putih mulus itu tampak jelas di mataku.
Aku bangkit menyambutnya dengan pelukan hangat,
“Bu Intan kalau gak pake jilbab malah tampak lebih cantik….muuuahhhhh…” kataku diakhiri dengan kecupan hangat di pipinya.
Ia memegang pergelangan tanganku
sambil tersenyum manis. Dan kuraih pinggangnya, sampai berada di atas
tempat tidur yang lumayan besar. Lalu kami bergumul mesra di atas tempat
tidur itu. Bu Intan tidak pasif. Berkali-kali dia memagut bibirku. Aku
pun dengan tak sabar menyingkapkan baju lengan panjangnya.
Dan…ah…rupanya tak ada apa-apa lagi di balik baju lengan panjang itu
selain tubuh Bu Intan yang begitu mulus. Payudaranya tidak sebesar
payudara istriku. Tapi tampak indah di mataku. Tak ubahnya payudara
seorang gadis belasan tahun. Dan ketika pandanganku melayang ke bawah
perutnya…tampak sebentuk kemaluan wanita yang berambut tebal, sangat
lebat…. Aku pun mulai beraksi. Mencelucupi lehernya yang hangat,
sementara tanganku mulai mengelus bulu kemaluan yang lebat keriting itu.
Bu Intan pun tidak tinggal diam,
mulai melepaskan kancing kemejaku satu persatu, lalu menanggalkan
kemejaku. Untuk mempermudah, aku pun menanggalkan celana panjang dan
celana dalamku. Sehingga batang kemaluanku yang sudah tegak kencang ini
tak tertutup apa-apa lagi. Bu Intan melotot waktu melihat batang
kemaluanku yang sudah tak tertutup apa-apa lagi ini.
“Iiiih…punya Bapak kok panjang gede gitu….mmm….si ibu pasti selalu puas ya …” desisnya.
“Emang punya suami Bu Intan seperti apa?” tanyaku.
“Jauh lebih pendek dan kecil,” bisik Bu Intan sambil merangkulku dengan ketat, seperti gemas. Kembali kuciumi lehernya yang mulai keringatan, lalu turun…mencelucupi puting payudaranya.
“Emang punya suami Bu Intan seperti apa?” tanyaku.
“Jauh lebih pendek dan kecil,” bisik Bu Intan sambil merangkulku dengan ketat, seperti gemas. Kembali kuciumi lehernya yang mulai keringatan, lalu turun…mencelucupi puting payudaranya.
Kusedot-sedot seperti anak kecil
sedang menetek, sambil mengelus-eluskan ujung lidahku di putting
payudara yang terasa makin mengeras ini. Sementara tanganku tak hanya
diam. Jemariku mulai mengelus bibir kemaluan wanita itu, bahkan mulai
memasukkan jari tengahku ke dalam liang kemaluannya.
Bu Intan sendiri tak cuma berdiam diri. Tangannya mulai menggenggam batang kemaluanku. Meremasnya dengan lembut.
Mengelus-elus puncak k0ntolku,
sehingga aku makin bernapsu. Tapi aku sengaja ingin melakukan pemanasan
selama mungkin, supaya meninggalkan kesan yang indah di kemudian hari.
Maka setelah puas menyelomoti puting payudara wanita itu, bibirku turun
ke arah perutnya. Menjilati pusarnya sesaat. Lalu turun ke bawah
perutnya.
“Pa jangan ke situ ah…malu…” Bu Intan berusaha menarik kepalaku agar naik lagi ke atas.
Tapi aku terus menciumi kemaluanya
yang berbulu lebat itu. Lalu jemariku menyibakkan bulu kemaluan wanita
itu, mengangakan bibirku dan mulai menjilatinya dengan gerakan dari
bawah ke atas….
“Aduh Pak…ini diapain? Aaah…kok enak sekali Pak…..” Bu Intan mulai menceracau tak menentu.
Lebih-lebih ketika aku mulai
mengarahkan jilatanku di clitorisnya, terkadang menghisap-hisapnya
sambil menggerak-gerakkan ujung lidahku.
“Oooh Pak…oooh….Pak….iiiih….saya
udah mau keluar nih….duuuhhhhhh” celotehnya membuatku buru-buru
mengarahkan batang kemaluanku ke belahan vaginanya yang sudah basah.
Dan kudesakkan sekaligus….blessss…..agak mudah membenam ke dalam liang surgawi yang sudah banyak lendirnya itu.
“Aduuuduuuhhhh…sudah masuk
Paaakk…..oooohhhh….” Bu Intan menyambutku dengan pelukan erat, bahkan
sambil menciumi bibirku sambil menggerak-gerakkan pantatnya,
“Sa…saya gak bisa nahan lagi…langsung mau keluar Paaak…tadi sih terlalu dienakin…oooh…” Lalu terasa tubuh wanita itu mengejang dan mengelojot seperti sekarat.
“Sa…saya gak bisa nahan lagi…langsung mau keluar Paaak…tadi sih terlalu dienakin…oooh…” Lalu terasa tubuh wanita itu mengejang dan mengelojot seperti sekarat.
Rupanya dia tak bisa menahan lagi.
Dia sudah orgasme….terasa liang kemaluannya berkedut-kedut, lalu jadi
becek. “Barusan kan baru orgasme pertama,”bisikku yang mulai gencar
mengayun batang kemaluanku, maju mundur di dalam celah kemaluan Bu
Intan.
Beberapa saat kemudian wanita itu
merem melek lagi, bahkan makin gencar menggoyang-goyang pinggulnya,
sehingga batang kemaluanku serasa dibesot-besot oleh liang surgawi Bu
Intan. Aku tahu goyangan pantatnya itu bukan sekadar ingin memberikan
kepuasan untukku, tapi juga mencari kepuasan untuknya sendiri. Karena
pergesekan k0ntolku dengan liang kemaluannya jadi makin keras,
kelentitnya pun berkali-kali terkena gesekan k0ntolku.
“Adduuuh, duuuh….Pak…kok enak sekali sih Pak…..aaah…saya bisa ketagihan nanti Pak…..” celotehnya dengan napas tersengal-sengal.
“Aku juga bisa ketagihan,” sahutku setengah berbisik di telinganya, sambil merasakan enaknya gesekan dinding liang kemaluannya,
“vaginamu enak sekali, sayang…..duuuuh….benar-benar enak sekaliii….” Aku memang tidak berlebihan.
“Aku juga bisa ketagihan,” sahutku setengah berbisik di telinganya, sambil merasakan enaknya gesekan dinding liang kemaluannya,
“vaginamu enak sekali, sayang…..duuuuh….benar-benar enak sekaliii….” Aku memang tidak berlebihan.
Entah kenapa, rasanya persetubuhanku
kali ini terasa fantastis sekali. Mungkin ini yang disebut SII
(Selingkuh Itu Indah). Padahal posisi kami cuma posisi klasik. Goyangan
pantat Bu Intan juga konvensional saja. Tapi enaknya luar biasa. Dalam
tempo singkat saja keringatku mulai bercucuran. Bu Intan pun tampak
sangat menikmati enjotan batang kemaluanku. Sepasang kakinya diangkat
dan ditekuk, lalu melingkari pinggangku, sementara rengekan-rengekannya
tiada henti terlontar dari mulutnya.
“Ooooh….oooh…hhhh….aaaaahhhhh…oooh…aaaaah….aduuuh Paaak….enak Pak….duuuuh….mmmmhhhhh saya mau keluar lagi nih Paaak….”
“Kita barengin keluarnya yok….” bisikku sambil mempergencar enjotan batang kemaluanku, maju mundur di dalam liang kewanitaan Bu Intan.
“I…iya Pak….bi…bi…biar nikmat…..” sahutnya sambil mempergencar pula ayunan pinggulnya, meliuk-liuk cepat dan membuat batang kemaluanku seperti dipelintir oleh dinding liang kemaluan wanita yang licin dan hangat itu.
“Kita barengin keluarnya yok….” bisikku sambil mempergencar enjotan batang kemaluanku, maju mundur di dalam liang kewanitaan Bu Intan.
“I…iya Pak….bi…bi…biar nikmat…..” sahutnya sambil mempergencar pula ayunan pinggulnya, meliuk-liuk cepat dan membuat batang kemaluanku seperti dipelintir oleh dinding liang kemaluan wanita yang licin dan hangat itu.
Sampai pada suatu saat…kuremas-remas
buah dada wanita itu, mataku terpejam, napasku tertahan…batang
kemaluanku membenam sedalam-dalamnya….lalu kami seperti orang-orang
kesurupan….sama-sama berkelojotan di puncak kenikmatan yang tiada
taranya ….. Air maniku terasa menyemprot-nyemprot di dalam liang vagina
Bu Intan. Liang yang terasa berkedut-kedut.
Lalu kami sama-sama terkapar, dengan keringat bercucuran.
“Ini yang pertama kalinya saya
digauli oleh lelaki yang bukan suami saya…” kata Bu Intan sambil
membiarkan batang kemaluanku tetap menancap di dalam vaginanya.
Kujawab dengan ciuman hangat di bibirnya yang sensual,
“Sama…saya juga baru sekali ini
merasakan bersetubuh dengan wanita yang bukan istri saya. Terimakasih
sayang…mulai saat ini Bu Intan jadi istri rahasiaku…”
“Dan Bapak jadi suami kedua saya….iiih…kenapa tadi kok enak sekali ya Pak?”
“Mungkin kalau dengan pasangan kita sendiri sudah terlalu biasa, nggak ada yang aneh lagi. Tapi barusan dilepas di dalam…nggak apa-apa ?”
“Nggak apa-apa,” sahutnya dengan senyum manis, mata bundar beningnya pun bergoyang-goyang manja,
“Saya kan ikut KB sejak kelahiran anak kedua…”
“Asyik dong, jadi aman….”
“Saya pasti ketagihan Pak….soalnya punya Bapak panjang gede gitu…..” Kata-kata Bu Intan itu membuat napsuku bangkit lagi.
“Dan Bapak jadi suami kedua saya….iiih…kenapa tadi kok enak sekali ya Pak?”
“Mungkin kalau dengan pasangan kita sendiri sudah terlalu biasa, nggak ada yang aneh lagi. Tapi barusan dilepas di dalam…nggak apa-apa ?”
“Nggak apa-apa,” sahutnya dengan senyum manis, mata bundar beningnya pun bergoyang-goyang manja,
“Saya kan ikut KB sejak kelahiran anak kedua…”
“Asyik dong, jadi aman….”
“Saya pasti ketagihan Pak….soalnya punya Bapak panjang gede gitu…..” Kata-kata Bu Intan itu membuat napsuku bangkit lagi.
Dan batang kemaluanku yang masih
terbenam di dalam vaginanya, terasa mengeras lagi. Maka kucoba
menggerak-gerakkannya…ternyata memang bisa dipakai “bertempur” lagi.
Batang kemaluanku sudah mondar mandir lagi di dalam liang vagina Bu
Intan yang masih banyak lendirnya tapi tidak terlalu becek, bahkan lebih
mengasyikkan karena aku bisa mengentot dengan gerakan yang sangat
leluasa tanpa kehilangan nikmatnya sedikit pun. Bahkan ketika aku
menggulingkan diri ke bawah, dengan aktifnya Bu Intan action dari atas
tubuhku.
Setengah duduk ia menaik turunkan
pinggulnya, sehingga aku cukup berdiam diri, hanya sesekali menggerakkan
batang kemaluanku ke atas, supaya bisa masuk sedalam-dalamnya. Posisi
di bawah ini membuatku leluasa meremas-remas payudara Bu Intan yang
bergelantungan di atas wajahku. Terkadang kuremas-remas juga pantatnya
yang lumayan besar dan padat. Tapi mungkin posisi ini terlalu enak buat
Bu Intan, karena moncong k0ntolku menyundul-nyundul dasar liang
vaginanya. Dan itu membuatnya cepat orgasme. Hanya beberapa menit ia
bisa bertahan dengan posisi ini. Tak lama kemudian ia memeluk leherku
kuat-kuat, seperti hendak meremukkannya
Lalu terdengar erangan nikmatnya,
“Aaaahhhh….saya keluar lagi Paaaak…..” Kemudian ia ambruk di dalam dekapanku.
Tapi aku seolah tak peduli bahwa Bu
Intan sudah orgasme lagi. Butuh beberapa saat untuk memulihkan
vitalitasnya kembali. Tak perlu vitalitas. Yang jelas batang kemaluanku
sedang enak-enaknya mengenjot vagina teman bisnisku ini. Lalu aku
menggulingkan badannya sambil kupeluk erat-erat, tanpa mencabut batang
kemaluanku dari dalam vaginanya yang sudah orgasme kesekian kalinya. Bu
Intan memejamkan matanya waktu aku mulai mengentotnya lagi dengan posisi
klasik, dia di bawah aku di atas.
Tapi beberapa saat kemudian ia mulai
aktif lagi. Mendekapku erat-erat sambil menggoyang-goyangkan pinggulnya
dengan gerakan meliuk-liuk ….. Aku pun makin ganas mengentotnya. Tapi
ia tak mau kalah ganas. Gerakan pantatnya makin lama makin dominan.
Membuatku berdengus-dengus dalam kenikmatan yang luar biasa.
“Oooh…enak banget Paaak….sa…saya mau
keluar lagi ….kita barengin lagi Pak…ta…tadi enak sekali….” celotehnya
setelah batang kemaluanku cukup lama mengentot liang vaginanya.
Aku setuju. Kuenjot batang
kemaluanku dengan kecepatan tinggi, maju-mundur, maju-mundur….sampai
akhirnya kami sama-sama berkelojotan lagi Saling cengkram, saling
lumat….seolah ingin saling meremukkan….dan akhirnya air maniku
menyemprot-nyemprot lagi di puncak kenikmatanku, diikuti dengan rintihan
lirih Bu Intan yang sedang mencapai orgasme pula. “Tips Tahan Lama”
“Kita kok bisa tiba-tiba begini ya?” cetus bu Intan waktu sudah mengenakan pakaiannya lagi.
“Iya…dari rumah aja gak ada renana….tapi tadi mendadak ada keinginan… terimakasih ya sayang,” sahutku dengan genggaman erat di pergelangan tangannya, kemudian kukecup mesra bibirnya yang tipis mungil itu.
“Iya…dari rumah aja gak ada renana….tapi tadi mendadak ada keinginan… terimakasih ya sayang,” sahutku dengan genggaman erat di pergelangan tangannya, kemudian kukecup mesra bibirnya yang tipis mungil itu.
Wanita itu tersenyum. Memeluk pinggangku sambil berkata perlahan,
“Kita harus berterimakasih pada
pemilik tanah itu, ya Pak. Gara-gara dia gak ada di tempat, kita jadi
ada acara mendadak begini.” Aku mengangguk dengan senyum.
Sementara hatiku berkata,
“Gara-gara sopirku gak masuk pula, aku jadi punya kisah seperti ini. Kalau ada dia, aku tentu takkan sebebas ini.”
Sore itu kami pulang ke rumah
masing-masing, dengan perasaan baru. Bahkan malamnya, ketika istriku
sudah tertidur pulas, aku masih sempat smsan dengan bu Intan. Salah satu
smsnya berbunyi:
“Puas banget…punya saya sampe terasa
seperti jebol….punya bapak kegedean sih…kapan kita ketemuan lagi?”
Kujawab singkat, “Kapan pun aku siap..” Satu kisah indah telah tercatat
di dalam kehidupanku. Yang tak mungkin kulupakan.
jangan segan2 berkunjung kembaLi ya sobat
EmoticonEmoticon