![]() |
Aku berlibur dirumah pamanku, yang
juga menyewakan kamar2 di rumahnya sebagai tempat kost putri. Namun,
sekarang peminat sedang sepi, sehingga kamar kost yang terhuni hanya
satu saja, yaitu oleh mbak Hanim, Mbak Hanim adalah seorang pengajar di
sebuah sekolah islam di dekat rumah pamanku.
Usianya yang menjelang 25 tidak
membuatnya kehilangan kecantikan yang ia miliki. Wajahnya yang halus
terawat, serta kulitnya yang kuning langsat saungguh mempesona. Ia sudah
memiliki suami seorang pelaut, yang pulang kerumah setiap 6 bulan
sekali. Jadi, setiap enam bulan, ia kembali ke rumahnya di kampung untuk
bertemu dengan suaminya tercinta, dan selain itu ia nge-kost dirumah
pamanku.
Sekarang ia sedang hamil empat
bulan, dan itu justru semakin membuatku terangsang ingin mencoba
memeknya. Apalagi pembawaan wanita berjilbab ini yang kalem dan
malu-malu terlebih kepadaku yang tampan dan atletis ini, membuatku
semakin berahi.
Suatu pagi yang dingin, aku sengaja
keluar tidak memakai celana, dan hanya berbalut handuk. Aku masuk
kekamar manid, melewati Mbak Hanim yang sedang mencuci baju. Sekilas aku
lihat ia melotot kearahku, yang memang bertubuh atletis.
Selesai mandi, aku keluar dan masih
menjumpainya mencuci. Sekarang ia berusaha untuk tidak melihatku.
Terlihat semburat merah diwajahnya. Aku berpura-pura menjatuhkan
handukku, dan terlihatlah kontolku yang panjangnya 17 cm, tegak
mengacung.
Matanya melotot melihat kemaluanku
yang menjulur bebas, Dan Mbak Hanim sempat tertegun melihat kejantananku
yang lumayan besar, panjangnya 17 cm tapi kemudian..
“Aouuww, Dik itunyaa!” kata nya
sambil menutup wajahnya. Aku langsung mengambil handukku dan
melilitkannya kepinggang, namun tak bsa menyembunyikan kontolku yang
berdiri. Segera aku kembali masuk ke rumah utama.
Dikamar, aku langsung membayangkan
kecantikan wajah Mbak Hanim tadi. Ingin sekali rasanya memperkosanya,
ditambah lagi situasi di rumah itu hanya kami berdua, karena paman dan
bibi ada acara mendadak diluar kota.
Lalu timbul niat isengku untuk
mengintip, lalu kucari ke kamarnya. Saat di depan pintu samar-samar aku
mendengar ada suara rintihan dari dalam kamar samping, kebetulan nako
jendela kamar itu terbuka lalu kusibakkan tirainya perlahan-lahan.
Sungguh pemandangan yang amat syur.
Kulihat Mbak Hanim sedang masturbasi, kelihatan sambil berbaring di
ranjang dia menyibakkan rok panjang yang ia kenakan sampai perut.
kakinya dikangkangkan lebar, tangan kirinya meremas liang kewanitaannya
sambil jarinya dimasukkan ke dalam lubang senggamanya, sedang tangan
kanannya meremas buah dadanya tadi bergantian.
Kancing bajunya sudah terbuka hingga
perut, memperlihatkan payudara yang sangat montok, berputing merah yang
besar., Sesekali pantatnya diangkat tinggi sambil mulutnya mendesis
seperti orang kepedasan, wajahnya kelihatan memerah dengan mata
terpejam, terlihat Sangat erotis.
“Ouuhh.. Hhhmm.. Ssstt..” Aku
semakin penasaran ingin melihat dari dekat, lalu kubuka pintu kamar
wantia cantik yang sedang hamil itu pelan- pelan tanpa suara aku
berjingkat masuk. Aku semakin tertegun melihat pemandangan yang
merangsang birahi itu.
Samar-samar kudengar wanita alim
yang montok itu mendesis…desis “…i.. Sss Ahh..” Ternyata dia sedang
membayangkan sedang bersetubuh , dia sedang bermasturbasi……………….. aku
sangat bernafsu menyaksikannya…..paha dan payudaranya yang mulus walau
perutnya agak membuncit, justru menambah nafsuku.
Lalu pelan-pelan kulepaskan
pakaianku satu-persatu hingga aku telanjang bulat. Batang kemaluanku
sudah sangat tegang, kemudian tanpa suara aku menghampiri Mbak Hanim,
kuikuti gerakan tangannya meremasi buah dadanya. Wanita itu tersentak
kaget lalu menghindar ke sudut tempat tidur, dan berusaha membenahi
pakaiannya.
“Sedang apa Anda di sini!, tolong keluar!” katanya agak gugup.
“Mbak nggak usah panik.. kita
sama-sama butuh.. sama-sama kesepian, kenapa tidak kita salurkan
bersama,” kataku merajuk sambil terus berusaha mendekatinya tapi wanita
montok itu terus menghindar.
“Ingat Dik, saya sudah bersuami dan
sedang hamil!!” Dia terus menghiba. “Mbak, terus terang saya sangat
terpesona oleh Mbak.. Nggak ada orang lain di sini.. cuma kita berdua..
pasti nggak ada yang tahu.
Ayolah saya akan memuaskan Mbak,
saya janji nggak akan menyakiti Mbak, kita lakukan atas dasar suka sama
suka dan sama-sama butuh, mari Mbak!” “Tapi saya sekarang sedang hamil,
Dik.. kumohon jangan,” pinta wanta ayu itu terus.
Aku hanya tersenyum. Secepat kilat
aku menyambar tangannya, lalu dengan cepat kutarik dia dan kujatuhkan di
atas ranjang dan secepat kilat kutubruk tubuh indah wanita itu, dan
wajahnya kuhujani ciuman tapi dia terus meronta sambil berusaha mengelak
dari ciumanku.
Segera tanganku beroperasi di dadanya, . Buah dadanya yang lumayan besar itu jadi garapan tanganku yang mulai nakal.
“Ouughh jangaan Diik.. Kumohon
lepaskaan..” rintihnya. Tanganku yang lain menjalari daerah kewanitaan
wanita montok itu, bulu-bulu lebatnya telah kulewati dan tanganku
akhirnya sampai di liang senggamanya, terasa sudah basah.
Lalu kugesek-gesek klirotisnya dan kurojok-rojok dinding kemaluannya, terasa hangat dan lembab penuh dengan cairan mani.
“Uhh.. ss..” Akhirnya wanita itu mulai pasrah tanpa perlawanan. Nafasnya mulai tersengal-sengal.
“Yaahh.. Ohh.. Jangaann Diik, Jangan
lepaskan, akuuuuuu…..ssshhhhhhhh..” Gerakan Mbak Hanim semakin liar dan
binal, dia mulai membalas ciumanku bibirku dan bibirnya saling
berpagutan. Aku senang, kini wanita montok ini mulai Menikmati
permainan.
Tangannya meluncur ke bawah dan
berusaha menggapai laras panjangku, kubiarkan tangannya menggenggamnya
dan mengocoknya. Aku semakin beringas lalu kusedot puting susunya dan
sesekali menjilati buah dadanya yang masih kencang.
“Yahh.. addduhhhhh
diiikkkkk………….ssshhhhh..” kata wanita itu sambil menggelinjang. daster
sudah awut2an. Wajahnya sudah merah menahan birahi.
Kemudian aku bangun, kembali
kunaikkan daster ke perut, kulebarkan kakinya dan kutekuk ke atas. Aku
semakin bernafsu melihat liang kewanitaan wanita cantik yan ini yang
merah mengkilat. Dengan serta merta kuelus dan kuraba kemaluannya….yang
indah merekah itu……..
“Aaahh.. Ohh.. mmmhhh…ssshhhhh
Diik.. Yaakh……..ssshh..”. Klirotisnya tampak merah merekah, menambah
gairahku untuk ubahnmenggagahinya. “Sudaahh Dikk.. sekarang.. ayolah
sekarang.. masukkan.. aku sudah nggak tahan..” pinta Mbak Hanim.
Tanpa buang waktu lagi kukangkangkan
kedua kakinya sehingga liang kewanitaannya kelihatan terbuka. Kemudian
kuarahkan batang kejantananku ke lubang senggamanya dan agak sempit
rupanya atau mungkin karena diameter kemaluanku yang terlalu lebar.
“Pelan-pelan Dik, punya kamu besar
sekali.. ahh..” wanita yang biasanya alim dan pemalu itu menjerit jalang
saat kumasukkan seluruh batang kemaluanku hingga aku merasakan mentok
sampai dasar rahimnya.
Lalu kutarik dan kumasukkan lagi,
lama-lama kupompa semakin cepat. “Oughh.. Ahh.. Ahh.. Ahh..” Mbak Hanim
mengerang tak beraturan, tangannya menarik kain sprei, tampaknya dia
Menikmati betul permainanku. Bibirnya tampak meracau dan merintih, aku
semakin bernafsu, dimataku dia saat itu adalah wanita yang haus dan
minta dipuaskan, tanpa berpikir aku sedang meniduri istri orang apalagi
dia sedang hamil.
“Ouuhh Diik.. Mbak mau
kelu..arrrrr……. aahh..” Dia menjerit sambil tangannya mendekap erat
punggungku. Kurasakan, “Seerr.. serr..” ada cairan hangat yang membasahi
kejantananku yang sedang tertanam di dalam kemaluannya.
Wanita itu mengalami orgasme yang pertama. Aku kemudian menarik lepas batang kejantananku dari kemaluannya.
Aku belum mendapat orgasme. Kemudian
aku membaliknya, berniat memompanya dari belakang. Wanita itu kemudian
menungging, kakinya dilebarkan. Perlahan-lahan kumasukkan lagi batang
kebanggaanku dan, “Sleep..” batang itu mulai masuk hingga seluruhnya
amblas lalu kugenjot maju mundur.
Mbak Hanim dengan jalang
menggoyangkan pinggulnya mengimbangi gerakan batang kejantananku.
“Gimaa.. Mbaak, enak kan?” kataku sambil mempercepat gerakanku.
“Yahh.. …ssshhhhhh…duhhhh dik……
Aahh.. Aaah.. Uuuhh.. Aaahh.. ehh..kok……gini…..shhhhhhh” wanita cantik
yang itu semakin bergoyang liar seperti orang kesurupan. Tanganku
menggapai buah dadanya yang menggantung indah dan bergoyang bersamaan
dengan perutnya yang membuncit.
Buah dada itu kuremas-remas serta
kupilin putingnya. Akhirnya Aku merasa sampai ke klimaks, dan ternyata
wanita alim ini juga mendapatkan orgasme lagi. “Creett.. croott..
serr..” spermaku menyemprot di dalam rahimnya bersamaan dengan maninya
yang keluar lagi.
Kemudian kami ambruk bersamaan di
ranjang. Aku berbaring, di sebelah kulihat Mbak Hanim dengan wajah penuh
keringat, sampai jilbab dan bajunya ikut basah kuyup. “mbak
capek……..ahhhhhhhhhhhh” katanya.
“Mbak, setelah istirahat bolehkah
saya minta lagi?” tanyaku. “Sebenarnya saya juga masih pengin, tapi kita
sarapan dulu kemudian kita lanjutkan lagi.” Mbak Hanim hanya
memandangku. Aku tahu, ia sebenarnya ingin menolak, namun gairah
birahinya juga ingin dilampiaskan.
jangan segan2 berkunjung kembaLi ya sobat
EmoticonEmoticon