Tanpa berharap apa-apa aku dengan
polosnya bercerita akan keliling Eropa. Aku belum pernah ke
Negara-negara di Eropa, tetapi dari cerita dan informasi yang kuketahui,
banyak tempat menarik di sana.
![]() |
Kembali ke soal rencanaku akan
keliling Eropa , ada sekitar 8 orang yang menyatakan berminat. Mereka
tertarik berpergian bersama ku, karena mereka sebenarnya adalah
pasien-pasienku yang sudah fanatik. Jalan-jalan ke Eropa bagi mereka
bukan hal baru. Mereka adalah ibu-ibu yang berlimpah harta, tetapi
senang sekali berselingkuh dengan ku. Apa sebabnya mereka menyenangiku,
mereka punya jawaban yang berbeda-beda. Soal itu aku tidak terlalu mau
dipusingkan.
Pilihan waktu untuk perjalananku ke
Eropa adalah musim panas bulan Juli. Pada musim panas, saya yang
terbiasa hidup di alam tropis pasti tidak terlalu sulit menyesuaikan
iklim. Lagi pula kalau di musim dingin pasti banyak keterbatasan, dan
beban jadi berat. Sebab harus bawa baju tebal, over coat ah banyaklah.
Kalau musim panas kan bisa cuma pakai Tshirt.
Dari 8 ibu-ibu yang semula
menyatakan akan ikut, akhirnya hanya 5 yang kemudian memastikan ikut.
Mereka sangat antusias, dan kelihatannya masing-masing punya alasan
untuk ikut bersamaku. Kelima ibu-ibu itu kebetulan sudah saling kenal,
jadi aku agak ringan juga. Kalau tidak nanti bakal jadi kerjaan untuk
mengakurkan antar sesama mereka.
Mereka berpamitan kepada suami mau tour ibu-ibu ke Eropa. Pastinya mereka menyembunyikan kesertaanku. Mauku memang begitu.
Mereka semuanya dari kalangan the
haves. Aku yang semula mau back peckers berubah jadi 1st class tour.
Mereka bersikeras harus naik pesawat “ SA” dan kelas satu pula.
Hotel-hotelnya juga maunya bintang 5. Aku tidak bisa menolak kemauan
itu, sebab mereka pula yang membayar semua biaya ku. Akhirnya jadwal
yang tadinya sudah tersusun rapi dan sebagian malah sudah book, jadi
berantakan.
Aku perlu 1 minggu untuk mengatur
kembali jadwal dan hotel. Bagaimana aku tidak pening, mereka minta harus
kamar suite dan kamar yang berdampingan, atau minimal satu lantai.
Booking hotel yang begini maunya rada susah dan makan waktu. Tapi
akhirnya semua teratasi dan pengetahuan ku jadi makin mantap soal
mengatur perjalanan.
Tujuan kami yang pertama adalah
Amsterdam Belanda. Penerbangan dari Jakarta singgah dulu ke Singapura,
lalu langsung ke Amsterdam. Sampai di sana pagi hari. Di Airport aku
harus mencari limosin dengan 6 seat. Kami langsung menuju hotel yang
kupilih di downtown. Karena aku tidak pernah ke Amsterdam, maka
pemilihan hotel ya berdasarkan common sense aja.
Di Amsterdam jadwalnya 3 hari 2
malam. Kami mendapat 2 kamar suite yang besar dan masing-masing kamar
ditambah 1 ekstra bed. Sebenarnya untuk aku tidak perlu ekstra bed,
karena sofa di kamar bisa diubah menjadi bed juga. Namun karena kami
chek in berenam, maka front Office mengatur ada ekstra bed di tiap
kamar.
Baru juga masuk kamar, ibu-ibu sudah
sibuk mau jalan-jalan ke departement store. Aku minta mereka bersabar
untuk istirahat dulu sekitar 2 jam. Sebab badan dari daerah tropis harus
disesuaikan dulu dengan iklim Eropa. Aku juga perlu waktu untuk
mempelajari kota ini, agar ibu-ibu rombonganku nanti bisa tour dengan
waktu yang efisien.
Aku sekamar dengan Bu Dina dan Bu
Veni. Di kamar lain bergabung Bu Henny, Bu Vence dan Bu Mita. Kamar yang
kami tempati sangat mewah dan luas, ada ruang tamu dan ada kamar tidur.
Interiornya bergaya klasik.
Sejak dari airport sampai waktu chek
in aku rajin mengumpulkan brosur-brosur mengenai Amsterdam dan Belanda.
Aku sendiri sudah punya catatan tempat-tempat yang menarik untuk
dikunjungi. Tapi dasar ibu-ibu tidak ada tempat yang menarik selain
tempat belanja .
Aku mengambil kesempatan pertama
untuk membersihkan diri dan bab. Dari berangkat aku belum sempat buang
hajat. Aku juga paham kalau aku menunggu mereka mandi, pasti lama
Setelah badan segar aku turun ke lobby untuk memesan MPV, bagi
mengangkut rombongan.
Sisa waktu pada hari pertama kami
dihabiskan untuk mengunjungi beberapa tempat-tempat belanja. Kebetulan
Bu Vence sudah beberapa kali ke Amsterdam, jadi dia tahu
tempat-tempatnya.
Kami kembali ke kamar sekitar jam 9
malam. Badan sudah lelah sekali rasanya. Jetlag dan lelah dari city tour
tadi bertumpuk. Aku segera membersihkan diri dan langsung berusaha
tidur secepatnya. Sementara itu para mami-mami sedang heboh dengan
barang yang mereka beli tadi. Suara kresek-kresek dari bungkusan rasanya
nggak ada habis-habisnya. Aku tidak tahu berapa lama aku tertidur dan
terbangun karena merasa suara di kamar ini makin ramai. Rupanya Bu Mita, Hu Henny dan Bu Vence ada di kamar ini. Pantas kayak pasar, ramainya.
Aku hanya bisa memandangi mereka
sambil memainkan remote TV berganti-ganti chanel. Acaranya kebanyakan
pakai bahasa Belanda. Melihat pay TV juga bosan, karena film XXX
gitu-gitu juga, dan banyak di Jakarta. Akhirnya aku nonton discovery .
“Jay malam ini ada acara nggak,” tanya Bu Mita.
“Jay malam ini ada acara nggak,” tanya Bu Mita.
Aku jawab malam ini acaranya
istirahat. Akhirnya mereka kembali ke kamar. Bu Dina sudah masuk kamar
mandi, Bu Veni masih beres-beres. Mereka berdua sohiban, jadi tidak mau
dipisah.
Aku sempat tidur 3 jam dan badanku
sudah terasa segar, tapi perut jadi lapar. Jam di meja kulihat sudah
menunjukan jam 12 malam, kalau di Jakarta mungkin masih jam 5 sore. Jam
tubuhku menuntut makan malam, padahal tadi sudah makan sebelum kembali
ke hotel.
Aku melihat menu di lembar room
service, yang menarik hanya steak. Rasa hanya itu saja yang aku
mengerti, lainnya nggak jelas. Bu Veny kutawari makan dia hanya mau
kentang goreng dan Bu Dina minta sandwich.
Pesanan kami datang dan dengan sigap
Bu Dina yang baru selesai mandi langsung mengambil bill dan
ditandatanganinya serta tak lupa menyelipkan tips 5 euro. Waiternya
manggut-manggut lalu berucap terima kasih. Eh dia ngerti bahasa
Indonesia rupanya.
Perut kenyang, badan sudah segar dan
mau tidur lagi belum ngantuk. Aku kembali terbenam menyaksikan acara
televisi. Kali ini aku menyaksikan saluran HBO dan filmnya cukup bagus.
Bu Dina yang duduk menemaniku di ruang tamu tidak bertahan lama, matanya
mulai berat dan akhirnya dia beranjak ke tempat tidur. Bu Veny yang
baru selesai mandi menemaniku sambil mengunyah kentang goreng. Aku
menikmati bir dari mini bar.
Sofa tempat kami menonton TV
kemudian aku ubah menjadi bed dan kami berdua menonton sambil tiduran. “
Kamu pijetin aku dong Jay, kamu kan udah tidur tadi ya, “ kata dia.
Bu Veny lalu telungkup dan aku
memulai ritual pijatan. Badan Bu Veny masih kencang meski usianya sudah
menjelang 40. Dia termasuk pasienku yang berhasil menurunkan berat
sekitar 15 kg. Kami sudah sering berhubungan badan, jadi tidak ada rasa
sungkan lagi. Dia bahkan kalau lagi horny sering nelpon aku hanya untuk
dipuaskan. Malam itu dia rupanya jadi horny setelah setengah jam
dipijat. “ Pijatnya udahan ah sekarang service aja,” katanya sambil
menarik dan memelukku.
Aku segera tanggap. Aku memulai
ritual mencumbu Bu Venny. Dengan sentuhan halus dan gerakan yang halus
aku menciumi seluruh tubuhnya sampai seluruh bajunya terkupas. Ruang
tamu sejak tadi sudah diredupkan, TV sudah mati. Babak pertama adalah
oral. Bu Venny termasuk paling suka aku oral. Kata dia oralku halus .
Sekitar 30 menit aku gunakan untuk mengoralnya di mencapai O dua kali.
Tapi rupanya itu tidak cukup karena dia minta aku menyebadaninya juga.
Kemauannya mana mungkin aku tolak, karena selain senjataku sudah siap
dari tadi, dia juga termasuk yang membayari aku untuk perjalanan ini.
Aku tau kelemahan Bu Venny adalah
pada posisi dog style. Sementara aku pada posisi itu agak kurang suka
karena vagina rasanya kurang menjepit. Aku langsung mengatur posisi
perempuan nungging. Dengan gerakan ganas aku pompa lubang vagina Bu
Venny. Entah kenapa dia bisa langsung on dan mendengus-dengus kayak
lembu . Aku memang berusaha menghunjam ke arah dinding dimana terletak
Gspot.. Baru 10 menit Dia langsung ambruk karena Orgasmenya, yang kata
dia enaknya sampai ke awang-awang.
Karena lagi nungging meski dia jatuh
tengkurap aku masih meneruskan pemompaan . Kuatur agar kedua kakinya
rapat sehingga memberi dampak penisku lebih terjepit. Rasanya jadi
nikmat sehingga aku pun akhirnya meletus, tetapi ku semprotkan di luar.
Masalahnya aku kasihan pada Bu Venny yang sudah lemas dan ngantuk berat
harus bersusah-susah membersihkan V nya ke kamar mandi.
Sementara aku berasyik ria dengan Bu
Venny Bu Dina sudah mendengkur. Aku kembali berpakaian dan mau start
tidur, tetapi rasa ngantuk belum ada. Jadi melanjutkan nonton TV lagi.
Badanku masih mengikuti jam Jakarta. Di Jakarta baru jam 9 malam, jadi
memang jam segitu biasanya aku belum tidur.
Belum film yang aku tonton habis, Bu
Dina sudah bangun. Dia tergopoh-gopoh menuju ke kamar mandi. Kebelet
pipis rupanya. Sekembali dari kamar mandi dia menghampiri Venny. “ Lho
anak ini kok tidur disini sih, “ kata bu Dina sambil membuka selimut.
“Oh pantesan rupanya dia udah supper (makan besar) duluan ,” Bu Dina
lalu menutup kembali selimut.
Dia lalu menyeretku masuk ke kamar.
Diambilnya parfum, badanku di semprot dari atas ke bawah, depan
belakang. Aku menduga dia mau menghilangkan aroma Venny dari tubuhku.
Apa boleh buat. Dikupasnya bajuku satu persatu, sampai bugil. Batang
penisku belum berdiri, tapi sudah mulai terisi. Dalam posisi aku berdiri
di samping tempat tidur dan dia duduk penisku diciuminya. Untung tadi
sudah kubersihkan dengan sabun. Jadi pasti baunya wangi.
Penisku diciuminya dan mulai
dikulum-kulum. Diperlakukan begitu, penisku pelan-pelan mengembang di
dalam mulut Bu Dina. Ibu yang satu ini suka sekali merangsang dirinya
melalui merangsang lawan mainnya. Dia akan terangsang jika melihat lawan
mainnya juga terangsang.
Mulanya dia mengulum pelan-pelan
lalu sesekali menyedot. Selanjutnya dia menjilat-jilat buah zakarku dan
kadang-kadang dicaploknya. Teganganku sudah bangun 100 persen. Melihat
aku terangsang, Bu Dina makin giat mengulum bahkan terasa sekali dia
sangat bernafsu. Aku mulai menurunkan dasternya dan meraba kedua dadanya
yang montok. Bu Dina lalu membantuku sehingga di pun kini telanjang
bulat. Aku diminta telentang lalu Bu Dina menciumi seluruh tubuhku. Aku
menggeliat-geliat kegelian dan menahan rangsangan. Bu Dina jadi makin
bersemangat. Dia rupanya sudah tidak tahan lagi lalu aku dikangkanginya.
Bless batangku habis tertelan vagina Bu Dina. Dia lah yang
mengendalikan permainan sampai akhirnya dia mencapai orgasme. Bu Dina
jatuh telungkup di badanku sambil liang kemaluannya masih berkedut.
Aku ingin membalikkan posisi, tetapi
ditahannya. Dia rupanya masih ingin di posisi ini menikmati sisa
orgasmenya. Aku diam saja sambil mengelus-elus punggungnya. Setelah
sekitar 10 menit panggul Bu Dina mulai bergerak naik turun. Mulanya
bergerak pelan. Namun kemudian bergerak lebih cepat sampai kadang-kadang
batangku terlepas. Dia memasukkan lagi dan kembali memompa.
Tidak puas di posisi telungkup, Bu
Dina bangkit lalu sambil duduk bersimpuh dia melakukan gerakan maju
mundur. Aku berusaha menahan rangsangan dan dalam posisi WOT itu memang
bisa kulakukan . Bu Dina mulai bersuara agak keras sampai akhirnya dia
ambruk kembali menimpa badanku. Peluhnya membsahi seluruh tubuh. Dia
rupanya sudah mencapai titik lelah tertingginya, sehingga ketika kubalik
dia pasrah.
Bergantilah sekarang aku
mengendalikan keadaan. Aku mulai memompa dengan gerakan konstan. Bu Dina
sudah pasrah dan diam seperti batang pisang. Namun titik sesnsitifnya
di dalam vagina kena gerus terus menerus akhirnya dia mengimbangi
gerakanku. Kami orgasme hampir bersamaan. Aku lebih dulu beberapa detik.
Sementara penisku berkonstraksi di dalam vaginanya dia kesetrum ikut
juga berkedut dan bahkan dia histeris lalu memelukku erat sekali.
Setelah reda aku bangkit dan kekamar
mandi dalam keadaan bugil sambil menenteng baju ku. Di kamar mandi aku
membersihkan diri lalu berpakaian kembali. Handuk kecil yang ada di
toilet aku basahi dengan air panas lalu kuperas sedikit. Sekujur badan
Bu Dina aku seka untuk menhilangkan bekas keringat, aku balik untuk
kedua kalinya dengan handuk panas dan kali ini khusus untuk membersihkan
vagina Bu Dina yang meleleh. Aku bersihkan celah-celah vaginanya dengan
handuk panas sampai tuntas dan bekas lelehan cairan bu Dina dan
spermaku ku tutup dengan bedak talk .
Kami main di atas bed cover jadi
sprei di tempat tidur masih tetap bersih. Bu Dina kagum dengan
ketelatenanku. “ Jay sini “ panggil bu Dina yang sudah membujur dan
kututupi selimut. Diciumnya kedua pipiku, “ Makasih ya Jay, kamu
perhatian sekali,” katanya yang tidak lama kemudian sudah mulai
mendengkur. Bu Dina tidur dalam keadaan telanjang.
Bu Venny yang masih tertidur di
ruang tamu ku bangunkan lalu kubimbing untuk tidur di tempat tidur di
samping Bu Dina. Dia masih ngantuk berat, sehingga tidak hirau ketika
kubimbing dia dalam keadaan bugil. Kumasukkan dia kedalam selimut dan
kucium pipinya kiri kanan. Wajahnya mengembang senyum tidak lama dia
juga lelap.
Aku masih ingin menonton TV, maka aku tiduran di ruang tamu. Aku tidak sadar sampai akhirnya tidur sambil memegang remote.
Aku terbangun dan pikiranku masih
agak bingung. “ Aku dimana ya sekarang,” ada sekitar 10 detik aku baru
sadar. Sekarang ada di Amsterdam. Aku memimpin 5 ibu-ibu untuk tour ke
Eropa. Aku menjadi leader, tetapi aku sendiri belum pernah ke Eropa.
Sementara itu peserta tourku semuanya sudah pernah ke Eropa, terutama ke
Belanda.
Jam menunjukkan 06 pagi. Hari ini
acaranya akan berkeliling ke beberapa kota dan ada satu acara yang sudah
kuatur untuk ibu-ibu adalah pertama mengunjungi Heineken. Lalu makan
siang di restoran Indonesia.. Setelah itu mengunjungi pasar keju dan
yang terakhir ada acara kejutan, yakni belajar masakan belanda di desa
dekat kincir angin.
Aku segera bebenah dan membersihkan
badan. Rasanya badanku tidak terlalu berkeringat, tapi kalau tidak mandi
rasanya rada risih juga. Bu Dina dan Bu Venny masih tidur nyenyak.
Selesai aku mandi dan rapi dengan kaos oblong dan jean aku kembali
memeriksa jadwal dan peta Belanda.
Ada deringan telepon. Suara itu
membangunkan kedua ibu. Aku segera mengangkat dan sudah menduga pasti
dari kamar sebelah. Bu Henny menanyakan, jam berapa kita turun sarapan.
Aku memastikan masih ada satu setengah jam lagi, Mereka juga tanya soal
acara hari ini.
Bu Dina bangkit dari tempat tidur
dan heran melihat diriku. “ Pagi-pagi gini kok sudah rapi rajin amat ,”
katanya sambil mengucek-ngucek mata. Di lihatnya Bu Venny masih anteng
tidur. “ Ayo bangun udah siang liat tuh si Jay udah rapi,” kata Bu Dina
sambil menyingkap selimutnya. Semalam Bu Venny tidur telanjang, Bu Dina
juga.
Bu Venny teriak kecil sambil
tangannya menutup kedua payudaranya. Dia lalu berbalik dan berganti
menarik selimut yang menutupi Bu Dina. Bu Dina yang sedang duduk di
kasur tidak menyangka akan mendapat balasan secepat itu . “ Gila lu,”
katanya menggerutu dan dia makin membuka selimut yang menutupi Bu Venny.
Mereka akhirnya saling menelanjangi temannya.
“Ah nggak perlu malu, si Jay udah
puas lihat kita telanjang, “ kata Bu Venny yang lalu duduk telanjang
sambil bersila. Bu Dina akhirnya juga duduk bersila sambil tetap bugil.
Kedua ibu-ibu itu susunya montok-montok meski agak turun sedikit. Tapi
cukup okelah untuk wanita di umur 40-an.
“Apa acara kita hari ini Jay,” tanya Bu Dina.
Aku minta mereka sudah siap satu jam setengah lagi untuk bersama-sama turun ke bawah sarapan pagi. Bu Venny bergegas ke kamar mandi melenggang dengan tubuh bugilnya. Kelihatannya dia kebelet, nggak tahu kebelet pipis atau bab.
Aku minta mereka sudah siap satu jam setengah lagi untuk bersama-sama turun ke bawah sarapan pagi. Bu Venny bergegas ke kamar mandi melenggang dengan tubuh bugilnya. Kelihatannya dia kebelet, nggak tahu kebelet pipis atau bab.
Aku turun ke lobby untuk memastikan
pesanan mobil yang akan kami carter hari ini sudah konfirm. Di lobby aku
juga menelepon calon guide yang aku kontak sejak masih di Jakarta. Dia
adalah gadis Belanda yang mendalami bahasa Indonesia. Usianya tidak
terpaut jauh dengan aku. Semua sudah konfirm dan Vony demikian nama
guide gadis Belanda itu akan tiba di hotel kami pukul 9 pagi.
Aku tidak kembali ke kamar, tetapi
ke kamar sebelah dimana 3 wanita STW menginap. Sebelum masuk kamar aku
menelepon dulu dari lobby. Bu Mitarupanya
yang mengangkat. Dia ternyata sudah siap dan rapi, tapi Bu Henny dan Bu
Vence sedang membenahi barangnya mereka belum mandi dan hanya pakai
celdam saja. Bu Mita mengangkat telepon ku di kamar mandi, jadi pembicaraannya tidak didengar teman sekamarnya.
Aku minta dia membuka pintu kamarnya
dan biarkan sedikit terbuka, aku akan masuk tiba-tiba. Tidak sampai 5
menit aku sudah di depan kamar mereka. Dengan gerakan mengendap aku
masuk dan langsung menuju kamar tidur. Bu Vence dan Bu Henny berteriak
kaget sambil menutup buah dadanya.
Gerakan reflek seorang wanita
setengah telanjang. Setelah mereka tahu bahwa tamunya adalah aku mereka
lalu menggerutu “ sialan, gue kirain room boy, “ kata Bu Vence.
“Iya nih pagi-pagi udah bikin jantung orang deg-degan,” kata Bu Henny.
Bu Mita yang berdiri di belakang ku tertawa geli sambil menutup mulut. “ Ini idenya Jay lho jangan nyalahin gue,” kata Bu Mita.
“Iya nih pagi-pagi udah bikin jantung orang deg-degan,” kata Bu Henny.
Bu Mita yang berdiri di belakang ku tertawa geli sambil menutup mulut. “ Ini idenya Jay lho jangan nyalahin gue,” kata Bu Mita.
Mereka lalu kembali biasa lagi
membiarkan buah dadanya bergelantungan. Mereka sadar bahwa aku sudah
sering melihat mereka telanjang dan bahkan sudah lebih dari itu.
Bu Henny mengemasi baju yang akan
dipakainya lalu masukkamar mandi. Aku menunggu mereka sambil memainkan
remote control TV. Rupanya sofa di kamar mereka tidak digelar menjadi
bed. Aku duduk santai menyaksikan chanel-chanel siaran pagi.
Bu Mita sibuk
dengan belanjaannya kemarin dan mengepaknya ke dalam koper. Bu Vence
masih mondar-mandir hanya dengan celdam. Nonton TV lama-lama aku
ngantuk.
Kaget mendadak sontak karena ada
yang duduk dipangkuanku. Ketika kulihat ada tetek di depanku dan itu
adalah Bu Vence. “Jay sambil nunggu Bu Henny pijetin dong tetekku, kamu
kalo mijet bagian ini paling jago,” katanya.
Permintaannya tidak bisa ku tolak.
Acara nonton tv jadi terhalang oleh sepasang susu putih yang cukup
menggelembung. “ Aduh Jay enak, jay, jilat juga dikit dong Jay. “
Bu Vence pagi-pagi gini sudah ingin dirangsang. Bu Mita yang
tadi sibuk berbenah sudah duduk di sebelahku. Mulanya dia berkomentar
mencela Bu Vence, pagi-pagi udah on. Tapi Bu Vence tidak perduli malah
menggeliat-geliat di pangkuanku.
Mungkin dia terangsang juga sehingga
tangannya kemudian meremas-remas penisku dari luar. Tidak puas dari
luar tanggannya dipaksakan menerobos celana ku dari atas. Penisku
digenggamnya meski masih terhalang celana dalam. Dia lalu berusaha
membuka celana ku sampai penisku bisa menikmati udara bebas. Penisku
dikocok-kocok Bu Mita . Aku jadi makin terangsang gara-gara kedua STW ini.
Aku lalu menawarkan kepada mereka
berdua untuk sarapan O. Mereka tanya apa itu, Keduanya lalu ku gelandang
ke ruang tidur dan Hu Mita kuminta
membuka kembali bajunya dan Bu Vence membuka celananya. Bu Vence aku
oral dan ko colok jariku ke dalam vaginanya. Berhubung dia sudah
mendapat foreplay lama maka cukup 2 menit sudah menggelepar nikmat. Bu Mita kutarik
celana dalamnya dan aku mulai mengoral. Baru aja mulai, masuk Bu Henny.
“ Eh kalian apa-apan pagi-pagi udah pada begituan,” katanya sambil
berjalan dengan hanya berbalut handuk.
Bu Mita tidak
perduli di malah mengerang-erang nikmat. Bu Henny sambil berdiri
memperhatikan tingkah laku kami. Sedangkan Bu Vence tidur telentang
seperti orang pingsan.. Bu Mita agak lama , lebih lama dari Bu Vence baru dia menjerit karena orgasme.
“Ah sialah kalian gua jadi pengin juga, ayo sekarang giliran gua,” kata Bu Henny.
“Ah sialah kalian gua jadi pengin juga, ayo sekarang giliran gua,” kata Bu Henny.
Bu Henny lalu mengambil posisi
telentang di tempat tidur dan aku segera menggarap perlahan-lahan. Aku
tidak memulai dari oral di vagina, tetapi menciumi dadanya, putingnya
lalu turun ke selangkangannya. Setelah terasa ada cairan membasahi celah
vagina bu Henny aku baru memulai ritual oral. Bu Henny sekarang
mendesah-desah. Tapi karena aku melakukan oral yang maksimal terhadap
titik didih bu Henny maka sekitar 5 menit dia sudah berteriak keenakan.
Selesai sudah 3 hamburger Big Mek
aku lahap pagi ini. Cairan 3 wanita itu berselemak di sekitar mulutku.
Aku bangkit dan merapikan pakaian lalu membersihkan diri ke kamar mandi.
Sebelum aku meninggalkan kamar aku minta kepada mereka agar sudah turun
kebawah untuk sarapan pagi sebelum jam 9. Aku minta bawa barang yang
perlu dibawa, agar selesai sarapan tidak perlu naik ke kamar lagi.
jangan segan2 berkunjung kembaLi ya sobat
EmoticonEmoticon